KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha
penyayang. Segala puji dan syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam
tetap kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk
para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau.
Terima kasih kepada keluarga teman-teman dan yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini yang dengan do'a dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
Dalam makalah ini, kami menguraikan tentang
”Berperilaku dengan Sifat-Sifat Terpuji” terdiri dari taubat dan raja’
yang kami ambil dari berbagai sumber, diantaranya buku dan internet. Makalah
ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari.
Kami berharap bisa dimafaatkan semaksimal mugkin.
Tidak gading yang tak retak, demikian pula
makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami
nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Judul
Kata
Pengantar..............................................................................................
i
Daftar
Isi........................................................................................................
ii
BAB I PEMBAHASAN
1.
Taubat...................................................................................................
1
2. Raja’......................................................................................................
8
BAB II PENUTUP
1.
Kesimpulan............................................................................................
13
2. Saran.....................................................................................................
13
Daftar Pustaka
BAB I
PEMBAHASAN
A.Pengertian Taubat dan raja
1. TAUBAT
Pengertian Taubat
Taubat secara etimologis (bahasa) berasal dari kata tâba (fi’il madhi),
yatûbu (fi’il mudhari’), taubatan (mashdar), yang berarti “kembali” atau
“pulang” (raja’a) (Haqqi, 2003). Adapun secara terminologis (menurut makna
syar’i), secara ringkas Imam an-Nawawi mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an
al-itsmi (kembali dari dosa) (Syarah Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain,
taubat adalah kembali dari meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk
melakukan perbuatan yang terpuji (‘Atha, 1993).
Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu
pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa.
Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat
saja yang luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang yang
tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat
Artinya : “…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat
kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah
: 222)
Taubat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan
berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun
kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah
dilakukannya
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Sesungguhnya Allah menerima
taubat hambanya selagi ia belum tercungak-cungak hendak mati (nyawanya
berbalik-balik dikerongkongan).” (HR Ahmad)
-Syarat Taubat
1) Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2) Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang
sudah dilakukan. Kerana tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus
dikerjakan.
3) Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan
mengulanginya lagi, selama hidup di dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal
pada dunia yang fana ini.
C. Syarat diterimanya Taubat yaitu;
1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata
karena Allah, bukan karena lainnya.
2) Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3) Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4) Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak
mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang
dilakukan terhadap hakNya.
6)Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan
haknya tersebut.
7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba
ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan
menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR.
At-Tirmidzi, hasan).
2. Raja’
A.
Pengertian Raja’
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun”
yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah
mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting
adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap
memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya
tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini
disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut
dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa,
putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari
sifat raja’. Oleh karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka
buruk kepada Allah.
Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita
wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar
apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan
untuk mengharap ampunan dari Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al
Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam
kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha
pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka
kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.
B.Dalil Alquran dah Hadist Taubat dan Raja
1.Taubat
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ
وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
Artinya: Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan
memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,
(QS: Asy-Syuura Ayat: 25
(QS: Asy-Syuura Ayat: 25
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ
فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ
مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh
itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah
وعَنْ ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال: <لو أن لابن آدم واديا مِنْ ذهب أحب أن يكون له واديان، ولن يملأ فاه إلا التراب، ويتوب اللَّه عَلَى من تاب> مُتَّفّقٌ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik radhiallahu ‘anhum bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Andaikata seorang anak Adam – yakni manusia – itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah dan samasekali tidak akan memenuhi mulutnya kecuali tanah – yaitu setelah mati – dan Allah menerima taubat kepada orang yang bertaubat.” (Muttafaq ‘alaih)suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
“Andaikata seorang anak Adam – yakni manusia – itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah dan samasekali tidak akan memenuhi mulutnya kecuali tanah – yaitu setelah mati – dan Allah menerima taubat kepada orang yang bertaubat.” (Muttafaq ‘alaih)suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
2.Dalil Raja’
Firman Allah Ta’ala :
فمن كان يرجوا لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا.
“Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Robbnya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan seorangpun
dalam beribadah kepada Robb-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 110).
3.Penjelasan Ulama tentang Taubat dan Raja’
4.Keutamaan Taubat dan Raja
1.Taubat
1) Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai
orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2) Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman
“Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya
kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3) Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan
turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha
mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
4) Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari
siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan
dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara
mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang
akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit
pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
5) Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat
sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan
Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)
6) Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan
berbagai kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui
pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka
akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang
bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang
digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan
Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang
yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR.
Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
7) Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi
kalian...” (QS. At Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka,
dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang
pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung
dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8) Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang
besar.
Allah ta’ala berfirman,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang
teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka
itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada
kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9) Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah
kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan
yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah
kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10) Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat
mendoakan orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya
senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan
memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan
ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat
dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS.Al
Mu’min: 7).
11) Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan
kepada kehendak Allah ‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-orang
yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya
(dari kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti
dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan
diridhai-Nya.
12) Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan
sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab
taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada
kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas
lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga
ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah
naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam
keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka
diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya
Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu
gembira.” (HR. Muslim)
13) Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam
hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan
beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia
mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi
pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka
akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
2.Raja’
1) Memperoleh keridaan Allah
2) Terhindar dari perbuatan dosa
3) Mendapatkan kepuasan hidup
4)Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5) Sarana penyelesaian persoalan hidup
6) Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
7)Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
8)Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang
baik bahwa usahanya akan berhasil, serta siap menghadapi resiko.
9)Munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
10) Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan
diri untuk lebih baik.
5.Contoh Kisah Nyata Taubat dan Raja
1.Taubat
Imam Muslim dalam Shahihnya , dan juga para penulis kitab sunnah telah
meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui oleh
manusia. Pada suatu hari Rasulullah
duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .
Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid.
Kemudian Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau .
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh
gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia
lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan
apa yang akan dikatakan oleh manusia.Hingga dia sampai kepada Rasulullah,
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang
mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?!
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”
Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan,
kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang
dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai
Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya,
maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau
tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau
menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang
akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya?
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan
tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti
teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu datang
dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia
berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah
aku!”Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang
membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian
tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut
dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan
langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia
adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar wanita
tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam, kemudian
beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda menshalatinya wahai Nabi
Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya
itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan
mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari
pengorbanan dirinya untuk Allah ?” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah. Sesungguhnya itu adalah
perasaan takut yang terus menerus berada pada diri wanita mukminah tersebut
saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia menjawab jerat-jerat
tersebut pada saat lemah. Ya, dia telah berbuat dosa, akan tetapi dia
berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang
digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah
berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat
kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah.
Ya, ini taubat nashuha wahai hamba-hamba Allah.
2.Raja’
6.Komitmen Diri
Dari Pembelajaran mengenai taubat dan raja ini ,dalam benak saya terusik
suatu komitmen yang pasti akan membaw saya kedalam perubahan yang lebih
baik.Setiap orang banyak yang ingin menjadi lebih baik begitu pula dengan diri
saya sendiri .Jadi saya berkomitmen untuktidak mennggalkan shalat fardhu
.insyallah saya akan niat dengan seikhlas-ikhlasnya untuk bangun tengah malam
untuk shalat tahajud.Dan untuk berpuasa sunnah saya belum bias berkomitmen kuat
untuk rutn menjalankannya tapi saya akan mencoba perlahan walaupun raanya cukup
berat untuk saya lakukan.kata pak guru saya terlihat berpikir apabla mendapat
pencerahan dari bapak hanya sja saya ragu untuk melakukan hal itu .saya sangat
ingin berkomitmen untuk berubah menjadi perempuan muslimah yang mungkin rasanya
berat karna waktu saya di Madrasah.saya sempatberlaga seperti lelaki atau
tomboy mungkin butuh waktu untuk mewujudkan kmitmen-komitmen saya ini.Tapi saya
sadar bahwa semua yang pak guru sampaikan adalah untuk kebaikan kami jadi saya
sangat ingin lebih denkat dengan sang khaliq pak.saya ingin menjadi siswa yang
sedikit tidaknya menjadi cerminan siswa lainnya.Mohon bantuanya pak .
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sudah selayaknya setiap mislim, baik laki-laki maupun perempuan bersikap
dengan akhlak yang terpuji. Diantaranya taubat dan raja’. Karena taubat adalah
suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS
di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita
selalu raja’(berharap) hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan
rida-Nya. Karena raja’ menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan
berpikir kritis.
2. Saran
Coba anda bayangkan, betapa gembiranya anda jika tiba-tiba anda
menemukankembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan Allah
lebih besar dikala mendapati hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika,
manusia tiada lagi bertaubah kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya
dengan kaum lain yang bertaubah kepada-Nya.
Oleh karenanya, janganlah putus harapan atau berhenti meminta
ampunan-Nya. Karena taubat amatlah penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam
sebuah hadis mengatakan,“Oh umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah,
sesungguhnya aku meminta ampunan Allah seratus kali setiap harinya.(”Sahih
Muslim vol.4 hal.1418 no.6523).
Tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu
kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun.“Janganlah menganggap remeh
dosamu., namun ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari
perintah-Nya.”(al Baihaqi ‘Sh’abul Iman’
No comments:
Post a Comment