Search This Blog

Friday, 7 April 2017

MAKALAH TENTANG PERANG KHANDAQ


PERANG KHANDAQ





PENDAHULUAN
I.            Latar Belakang
Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 M, Penduduk daerah Hijaz dan Najed bersepakat untuk Nabi Saw dibantu dengan Bani Quraizhah dari kalangan Yahudi. Mereka semua mengumpulkan seluruh pasukan yang mereka mampu. Terkumpullah sekitar sepuluh ribu orang dan mereka berangkat ke Madinah. Tatkala, Nabi Saw mendengar hal itu, mereka pun menggali parit mengelilingi Madinah. Kaum muslimin pun pergi menuju parit (bersiap-siap di sekitar parit). Kaum musyrikin pun datang dan terkejut melihat strategi yang dilakukan oleh kaum muslimin. Mereka pun tinggal mengepung Madinah pada beberapa hari. Dan parit tersebut telah menghalangi mereka dari berkonfrontasi dengan pasukan. Akan tetapi, tetap ada pertempuran kecil dengan panah antarperorangan dari pasukan berkuda. Lalu, Allah Swt pun menakdirkan beberapa sebab yang menhinakan kaum musyrikin. Mereka pun kembali ke rumah mereka dengan tangan-tangan hampa, keinginan mereka tidak tercapai. Kemudian, Rasulullah Saw menyelesaikan urusan beliau dengan Bani Quraizhah yang ikut campur tangan membantu Quraisy dengan hasutan mereka untuk menghancurkan Madinah serta bantuan mereka secara fisik dan pembatalan perjanjian mereka dengan Nabi Saw. Rasulullah pun mengepung mereka. Hukum mereka pun diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz. Sa’ad bin Mu’adz pun memberikan hukuman kepada mereka dengan hukum bunuh kepada orang-orang yang mampu berperang sedang anak-anaknya ditawan.






PEMBAHASAN
A.    Sebab Terjadinya Perang Khandaq
Perang besar ketiga kaum Muslim adalah perang Khandaq atau dikenal dengan sebutan perang Al-Ahzab yang terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriyah. Tempatnya  Di sekitar kota Madinah, teristimewa di bagian utara penyebabnya peperangan Ahzab (golongan-golongan) sebagai ditunjukkan oleh namanya itu adalah gabungan dari golongan-golongan yang berkumpul dari sana sini, dengan maksud hendak menumpas Islam dan Muslimin. Perang tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah islam. Sebab, perang Khandaq menjadi penentu kelanjutan masa depan agama islam. Dalam perang Khandaq, kaum Muslim mendapatkan berbagai cobaan yang sangat hebat.
Sebab-sebab terjadinya perang:
a.       Kaum kafir Quraisy dan kaum Yahudi  menilai dengan kekalahan kaum Muslimin pada perang Uhud, maka jika sekali lagi mereka diserang pastilah akan binasa.
b.      Utusan kaum Yahudi kepada kaum Quraisy di Makkah mengajak untuk mengadakan serangan gabungan menumpas kaum Muslimin dan Muhammad. Utusan ini terdiri dari Huyai bin Akhthab, Sallam bin Abil Huqaiq, Kananah bin Abil Huqaiq, Hauzah bin Qais dan Abu Amar (Bani Wail). Utusan Yahudi itu berjanji pula untuk menghasut kabilah-kabilah lain yang memang menaruh kebencian terhadap islam, agar bersama-sama gabung dalam serangan pamungkas nanti.
            Ucapan kaum Yahudi tersebut membuat hati bangsa Quraisy senang dan mereka segera mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian, utusan Yahudi itu pergi ke Bani Ghatafan untuk menghasut mereka agar bersedia memerangi Rasulullah Saw. Utusan kaum Yahudi pergi mengelilingi seluruh kabilah bangsa Arab dan mengajukan rencana penyerbuan kota Madinah yang telah di sepakati oleh kaum Quraisy. Hasutan yang di lancarkan oleh orang-orang Yahudi telah menghasilkan perjanjian angkatan perang bersama antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan dalam satu kekuatan. Adapun perjanjian yang telah disepakati oleh tiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kaum Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar selama setahun penuh.
2.      Kaum Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu orang.
3.      Bani Ghatafan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang.
4.      Pimpinan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Itulah perjanjian yang terjadi antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan. Menurut keinginan kaum Quraisy, peperangan Ahzab ini adalah sebagai usaha terakhir untuk menyelesaikan “sengketa” antara Makkah dan Madinah, sesudah berlangsung sekian tahun lamanya. Karena itu, Abu Sufyan mengumpulkan segenap kekuatan yang dapat di kumpulkannya.dan melakukan segala macam tipu daya, dengan penghargaan agar usaha yang terakhir ini memberi hasil yang gemilang.
Bukan kaum Quraisy sendiri yang menceburkan diri ke medan perang, orang-orang Yahudi yang gigih dan degil itu juga ikut. Mereka datang dari Khaibar untuk bersekutu dan menambah kekuatan kaum Quraisy. Selain dari kedua kekuatan yang telah bersekutu ini, ada golongan-golongan lain, terdiri atas Bani Salim, Bani Asad, Ghatafan, Bani Murrah, dan Asyja yang menambah kekuatan lawan kaum Muslimin. Kejadian inilah yang pertama kali dalam sejarah, tanah Arab mempersaksikan lasykar yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu memanggul senjata menyerbu kota Madinah.
Rencana peperangan pun mulai disusun. Ketika Rasulullah Saw mendengar berita akan terjadinya penyerbuan terhadap kota Madinah dan gabungan pasukan sekutu untuk memerangi kaum muslimin, beliau menyuruh kaum muslim untuk mengadakan persiapan perang. Dan, diputuskan pula untuk mengadakan pertahanan di kota Madinah. Saat itu, jumlah tentara muslim hanya terkumpul sebanyak tiga ribu orang. Dalam kesempatan itulah, Salman Al-Farisi mengisyaratkan agar membuat parit di sekitar kota Madinah.
Salman berkata, “ya Rasulullah, dahulu ketika kami di Parsi, jika takut akan serbuan tentara kuda, maka kami akan menggali parit di sekitar kami.” Pendapat salman tersebut diterima baik oleh Rasulullah Saw, dan dengan segera beliau memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di sebelah barat daya Madinah, tempat yang di perkirakan sebagai tempat masuknya musuh. Kemudian, Rasulullah Saw membagi tugas penggalian parit, setiap sepuluh orang sahabat ditugaskan untuk menggali sepuluh hasta. Panjang parit itu kira-kira lima ribu hasta, dalamnya sepuluh hasta, dan lebarnya sembilan hasta.Setelah parit selesai dibuat, maka tugas pasukan muslim selanjutnya adalah menunggu penyerbuan  oleh tiga kelompok sekutu musuh.
Beberapa orang dari lasykar Quraisy mencoba mempertaruhkan nyawa terjun hendak menyeberangi parit, tetapi tidak dapat, karena kaum Muslimin menjaganya dengan kuat dan gigih. Seorang pahlawan Quraisy namanya Amr dapat ditewaskan oleh Ali, yang seorang lagi yaitu Ikrimah ibnu Abu Jahil mencoba pula hendak menyebrangi parit, tetapi dihalangi oleh Ali dan dikepunnya, karena itu Ikrimah terpaksa kembali, melarikan diri.



B.     Kisah Perang Khandaq
Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 H. Pasukan muslim berjumlah tiga ribu orang dibawah komando Nabi Muhammad Saw, dan pasukan sekutu berjumlah sepuluh ribu orang dibawah komando Abu Sufyan. Peperangan ini terjadi karena hasutan beberapa orang yahudi yang tidak puas dengan keputusan Nabi Muhammad Saw. Mereka mengajak orang-orang kafir Quraisy bersatu memerangi Nabi Muhammad Saw. Untuk membalas kekalahan pada perang Badar, kafir Quraisy pun menerima tawaran tersebut. Setelah berhasil memengaruhi kaum kafir Quraisy, orang-orang Yahudi juga mengajak kabilah lain, yaitu Ghatafan. Mereka pun menyambut ajakan orang-orang Yahudi untuk memerangi Muhammad Saw. Kabilah Ghatafan dijanjikan harta rampasan perang dan pertanian di Khaibar jika memperoleh kemenangan. Karena pasukan ini terdiri dari atas gabungan beberapa kekuatan, pasukan ini disebut Ahzab (sekutu/gabungan).
Suatu ketika bangsa Yahudi bekerja sama dengan kaum kafir Quraisy untuk mngalahkan kaum muslim. Kedudukan Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya yang saat itu berada di Madinah sudah sangat kuat, sehingga mereka perlu bekerja sama untuk mengalahkannya. Maka, disusunlah suatu rencana bahwa mereka akan menyerang kaum muslim yang ada di Madinah, dengan kekuatan pasukan sejumlah sepuluh ribu prajurit, mereka siap menghancurkan Rasulullah Saw dan seluruh pengikutnya.
Berita itu sampai kepada Rasulullah Saw yang segera mengumpulkan seluruh sahabatnya untuk berunding mencari cara menahan serangan tersebut. Beliau ingin mempertahankan kota Madinah agar tidak dikuasai oleh kaum kafir. Berbagai saran pun dilontarkan oleh orang-orang terbaik beliau. Namun, tidak ada satu pun yang dapat memuaskan hati beliau. Akhirnya, Salman Al-Farisi mengusulkan untuk membuat parit yang sangat dalam dan lebar di sekeliling kota Madinah agar pasukan kaum kafir tidak dapat memasuki kota Madinah.
Dalam hal ini Salman berkata “wahai Rasulullah, dulu jika kami, orang-orang persia sedang dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami” ini merupakan langkah yang sangat bijaksana yang sebelumnya tidak pernah dikenal bangsa Arab. Rasulullah segera melaksanakan rencana itu.
Karena Madinah dikelilingi oleh gunung,tanah-tanah kasar yang berbatuan, dan kebun-kebun kurma disegala sudutnya kecuali bagian utara pasukan musuh sebanyak itu tentu akan menyerbu Madinah dari arah utara. Untuk itu parit digali pada bagian ini. Kaum muslimin terus-menerus menggali parit tanpa henti sepanjang siang, sedangkan pada sore harinya mereka pulang kerumah menemui keluarga, hingga penggalian parit menjadi sempurna.
Ternyata, usulan tersebut disetujui. Tanpa mengulur waktu, mereka segera menggali parit di sekeliling Madinah. Parit itu begitu dalam dan sangat lebar, sehingga akan sangat sulit bagi tentara musuh untuk melewatinya. Proses penggalian parit itu begitu sulit dan sangat terburu-buru. Sebab, mereka khawatir pasukan musuh segera datang menyerang. Oleh karena itu,  setiap orang ikut membantu menggali, termasuk Rasulullah Saw. Siang malam mereka terus menggali tanpa lelah, sehingga parit itu akhirnya selesai sebelum tentara musuh menyerang.
Ribuan prajurit musuh akhirnya tiba. Mereka datang dengan peralatan perang yang sangat lengkap dan siap menghancurkan kaum muslimin di Madinah. Genderang perang telah di tabuh. Senjata pun sudah terhunus di tangan masing-masing tentara, mereka pun berteriak mendekati kota Madinah. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika melihat parit yang sangat dalam dan lebar menghalangi langkah mereka. Setiap mereka berputar ke arah lain, mereka tidak menemukan satu pun jalan yang bisa digunakan untuk memasuki Madinah. Semua terhalang oleh parit yang sangat dalam. Sementara itu, pasukan muslim sudah bersiap siaga di seberang parit. Setiap tentara kafir Quraisy mencoba menerobos masuk ke parit, mereka langsung menyerangnya tanpa ampun. Anak panah berterbangan menghujam mereka hingga akhirnya mereka harus mundur kembali. Begitu seterusnya, sungguh suatu peperangan yang sangat melelahkan.
Dengan perasaan jengkel, mereka berteriak-teriak mengatakan bahwa berlindung di balik parit seperti itu adalah perbuatan pengecut yang belum pernah dilakukan orang Arab. Karena merasa tidak bisa menyeberangi parit, pasukan Quraisy dan sekutunya mendirikan kemah di sekitar parit. Di pihak lain, Muhammad berangkat bersama tiga ribu pasukan muslim lalu berkemah di bukit Sal di dekat parit yang menjadi pembatas antara mereka dan pihak musuh. Di tempat itulah Nabi mendirikan kemahnya yang berwarna merah. Kaum Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain merasa tidak mungkin menerobos parit itu.
Orang-orang musyrik hanya bisa berputar-putar di dekat parit dengan kemarahan yang menggelegak. Mereka harus mencari-cari titik lemah yang bisa dimanfaatkan. Orang-orang Muslim terus-menerus mengawasi gerakan musuh yang berputar-putar di seberang parit sambil melemparkan anak panah agar mereka tidak sampai mendekati parit bila mereka nekat akan menyeberang atau menimbunnya dengan tanah lalu menjadikannya sebagai jalur penyeberangan.
Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah tersebut, Sa’ad bin Mu’adz juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan urat lengannya. Yang melepaskan anak panah hingga mengenainya adalah seorang laki-laki dari Quraisy yang bernama Habban bin Qais bin Al-Ariqah. Saat itu pula Sa’ad memanjatkan do’a, “ya Allah, engkau tahu bahwa tak seorang pun yang lebih kau cintai daripada berjihad karena-Mu, melawan orang-orang yang mendustakan Rasul-Mu dan yang telah mengusirnya. Ya Allah, aku mengira engkau telah mengentikan peperangan antara kami dan mereka. Jika memang engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah sisa kehidupan kepadaku untuk mengahapi mereka, agar aku bisa memerangi mereka karena-Mu. Jika memang engkau sudah menghentikan peperangan, kobarkanlahlah lagi peperangan itu agar aku bisa mati dalam peperangan”. pada akhir doanya dia berkata, “janganlah engkau mematikan aku hingga aku merasa senang setelah memerangi Bani Quraizhah”.
Dalam perang ini tidak terjadi baku hantam karena kedua pasukan di pisahkan oleh parit pertahanan. Yang terjadi hanya perang tanding antara beberapa orang kafir dan muslim. Dalam perang tanding itu, Ali bin Abu Thalib berhasil membunuh Amr bin Abdul Wudd bin Abi Qais. Umat islam terkepung oleh pasukan sekutu selama satu bulan meski pun tanpa kontak senjata yang berarti. Kesengsaraan ini bertambah ketika Bani Quraizhah membatalkan perjanjian dengan Nabi Muhammad Saw. Atas bujukan Huyyay bin Akhtab. Dengan membelotnya Bani Quraizhah, akan menghambat suplai makanan bagi kaum muslim.
Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat keras ini, ular-ular berbisa yang biasa dilakukan konspirasi dan berkhianat sedang menggeliat di dalam lubangnya, siap menyemburkan bisanya ke tubuh orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir (Huyai bin Akhthab) datang ke perkampungan Bani Quraizhah. Dia menemui Ka’ab bin Asad Al-Qurazhi, pemimpin Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal, dia sudah membuat perjanjian dengan Rasulullah Saw untuk tidak menolong siapapun yang hendak memerangi beliau.
Pasukan muslim yang tidak memiliki pasukan sebanyak pasukan kafir sudah menerapkan cara berperang yang jitu. Mereka bisa menahan serangan dengan perlahan-lahan, tanpa perlu berhadapan langsung dengan ribuan pasukan kafir yang siap menghancurkan Madinah. Peperangan ini berlangsung selama tiga minggu tanpa henti. Siang dan malam, kaum Quraisy selalu berusaha untuk menerobos dan kaum muslimin selalu menggagalkannya. Rasa lelah pun mendera kaum muslim, apabila kaum Quraisy dapat melakukan serangan secara bergantian, kaum muslim hanya bisa mengandalkan prajurit-prajurit yang ada. Semua itu sudah menguras tenaga dan pikiran mereka. Melihat hal tersebut, Rasulullah Saw merasa iba dan bangga atas keteguhan dan ketakwaan mereka. Namun, kekuatan itu ada batasnya. beliau khawatir pada saat pasukannya kelelahan, musuh akan menyerang kembali. Maka, beliau pun mengajak mereka untuk memohon pertolongan dan perlindungan demi keselamatan mereka agar masa depan islam tetap dapat dipertahankan.
Karena terlalu sibuk menghalau orang-orang musyrik yang berusaha menyeberang parit, beberapa shalat fardhu tidak sempat dikerjakan Rasulullah Saw dan kaum Muslimin. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari jabir bahwa Umar Bin Khatab muncul pada waktu perang khandaq. Lalu dia terus-menerus mengolok-olok orang-orang kafir Quraisy. Dia berkata, “wahai Rasulullah Saw hampir saja aku lupa tidak mengerjakan shalat (asar), padahal matahari hampir terbenam”. Beliau menjawab, “aku pun belum mengerjakannya”. Kemudian kami turun membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu dan begitu juga kami. Beliau shalat asar setelah matahari terbenam. Setelah itu langsung disusul dengan shalat Maghrib. Nabi Saw merasa menyesal karena tidak bisa menunaikan beberapa shalat. Bahkan, beliau mendoakan kebinasaan bagi orang-orang musyrik. Karena gara-gara merekalah shalat beliau tidak sempat dilaksanakan. Di dalam riwayat Al Bukhari dari Ali dari Nabi Saw, beliau bersabda pada waktu perang khandaq, “semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api, sebagaimana mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat mendirikan shalat Asar hingga matahari terbenam”. Di dalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi’i disebutkan bahwa orang-orang musyrik itu membuat mereka sibuk hingga tak sempat mendirikan shalat Zuhur,Asar,Maghrib dan Isya’. Lalu beliau mengerjakan semua shalat itu secara sekaligus. An-Nawawi mengatakan, “cara mengompromikan dua riwayat yang berbeda ini, bahwa perang khandaq berjalan selama beberapa hari, jamak yang pertama (Maghrib dan Isya’) dilakukan pada satu kesempatan, sedangkan jamak yang kedua (Zuhur,Asar,Maghrib,Isya’) dilakukan pada kesempatan lain lagi”.
Lama juga Ahzab mengepung kota Madinah tanpa mendapat hasil, akhirnya banyaklah desas desus yang terjadi dalam barisan sekutu. Mereka datang ke tempat itu untuk menindas dan menumpas kaum Muslimin. Sementara itu angin besar berembus dengan derasnya, diikuti oleh hujan yang amat lebar sehingga membuat semua prajurit kedua pasukan menggigil kedinginan. Malam pun turun dengan gelapnya, sehingga mereka tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain. Bahkan, tidak ada sedikit pun penerangan yang bisa dinyalakan. Angin memadamkan setiap api yang dinyalakan. Mereka tidak dapat bergerak dalam dingin dan gelapnya malam.
Maka terjadilah keretakan dalam kumpulan pasukan sekutu dan keluarlah bermacam-macam perintah yang bertentangan satu sama lain. Di antara mereka timbul persaingan dan ketegangan. Abu Sufyan menganggap dirinya sebagai panglima tertinggi tentara sekutu itu. Tetapi kewibawaan apa yang ada padanya, jika ia belagak membawahi pahlawan-pahlawan Quraisy yang ternama ini ? seperti Thulaihah ibnu Khuwailid, Uyainah ibnu Hishn, Al Haris ibnu ‘Auf dan panglima-panglima lain yang mengambil bagian dalam peperangan itu, memimpin kelompoknya masing-masing. Hampir saja timbul perselisihan, teristimewa diantara mereka yang tidak mempunyai kepentingan yang sesungguhnya dalam peperangan ini. Menurut kenyataan hanya Quraisy dan orang-orang yahudilah yang sebenarnya mempunyai hasrat untuk menindas dan menumpas islam di Madinah.
Huyai ibnu Ahtab telah melihat tanda bahwa pepecahan mungkin terjadi dalam barisan Al Ahzab itu. Ia ingin supaya kaum Muslimin secepatnya dapat dipukul hancur. Maka didatanginya Ka’ab ibnu Asad pemimpin Bani Quraizhah, untuk membujuknya supaya menggabungkan diri dan mengambil kesempatan terakhir menghancurkan kaum Muslimin. Dikatakannya sekali ini kaum Muslimin tak dapat dihancurkan, niscaya mereka akan bertambah kuat. Bujukan Huyai ini diterima oleh Ka’ab, maka dikhianatinya perjanjian yang telah dibuatnya dengan Rasulullah. Amat besarlah cobaan yang menimpa kaum Muslimin dewasa itu.
Tuhan sendiri telah menggambarkan cobaan itu dalam Firman-Nya :
اِذْجَآءُوْكُمْ مِّنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ اَسْفَلَ مِنْكُمْ وَاِذْزَاغَتِ الاَبْصَارُوَبَلَغَتِ القُلُوْبُ اْلحَنَاجِرَ (الأحزاب.)
“yaitu tatkala musuh-musuh itu menyerang kamu dari sebelah atas lembah dan dari sebelah bawah, dan tatkala matamu tiada berkisar lagi dari musuh-musuhmu itu, seolah-olah jantungmu telah naik sampai ke tenggorokan” (Al Ahzab 10 )
Di waktu kaum Muslimin sedang dalam keadaan yang amat genting dan menyedihkan itu, terjadilah suatu peristiwa yang dapat di pandang sebagai suatu pertanda bagi kemenangan, yaitu peristiwa Nu’aim ibnu Mas’ud. Nu’aim ibnu Mas’ud ini adalah seorang pemimpin Arab. Dia telah memeluk agama islam, dan datang menghadap Rasulullah untuk memberitahukan keislamannya. Ditawarkannya bahwa dia bersedia mengerjakan apa saja yang ditugaskan kepadanya untuk ikut mengambil bagian dalam mempertahankan dan membela kota Madinah. Rasulullah meminta kepadanya supaya ia menyembunyikan keislamannya. Kemudian Nabi berkata kepadanya :”cobalah sebarkan bibit perpecahan ke dalam pasukan sekutu itu, sehingga mereka meninggalkan kita Peperangan itu adalah tipu muslihat”. Anjuran Nabi ini diterima oleh Nu’aim maka pergilah dia menemui Bani Quraizhah. Katanya kepada Bani Quraizhah : “ sekiranya kaum Quraisy itu karena sesuatu sebab kembali ke Makkah, kaum akan mendapat pembalasan yang seganas-ganasnya dari kaum Muslimin, oleh karena itu, kaum harus meminta kepastian kepada Quraisy bahwa mereka tidak akan meninggalkan dan membiarkan kamu sendirian menghadapi kaum Muslimin. Desaklah mereka supaya memberikan beberapa orang pemimpin mereka sebagai sandera kepada kamu”. Kemudian Nu’aim pergi menemui Quraisy. Kepada Quraisy dikatakannya bahwa Bani Quraizhah secara rahasia telah mengadakan perdamaian dengan Muhammad. Mereka akan meminta beberapa orang pemimpin Quraisy sebagai sandera yang akan diberikannya kepada Muhammad. Lalu Nu’aim mengingatkan kepada Quraisy agar berhati-hati kepada makar dan tipu daya orang-orang Yahudi. Tidak lama kemudian datanglah orang-orang Yahudi Bani Quraizhah kepada Quraisy, meminta agar pemimpin-pemim[in Quraisy diberikan kepada mereka sebagai sandera. Mendengar perkataan itu, yakinlah Quraisy akan apa yang dikatakan Nu’aim permintaan Bani Quraizhah ini ditolak mentah-mentah oleh Quraisy. Hal ini menimbulkan kecurigaan pada Bani Quraizhah maka yakinlah mereka bahwa Quraisy tidak berhati jujur kepada mereka. Timbullah keretakan dan permusuhan dalam barisan orang-orang yang bersekutu itu. Hal ini menjadi pertanda bahwa mereka akan menjumpai kegagalan. Pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa datang, yaitu pertolongan yang diceritakan oleh al Quranul karim, dalam firman-Nya :
يَأَيُّهَاآلَّذِيْنَ أَمَنُواآذْكُرُوانِعْمَةَآللهِ عَلَيْكُمْ إِذْجَآءَتْكُمْ جُنُودٌفَأَرْسَلْنَاعَلَيْهِمْ رِيحًاوَجُنُدًالَّمْ تَرَوْهَا
وَكَانَ اللهُ بِمَاتَعْمَلُوْنَ بَصِيْرًا
“wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah bagimu, ketika balatentara datang hendak menyerangmu, lalu kami kirim kepada mereka angi badai dan balatentara yang tiada kelihatan olehmu”.
Firman-Nya lagi :
وَرَدَّاللهُ الّذِيْنَ كَفَرُوْابِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالَوْاخَيْرًاوَكَفَى اللهُ المُؤْمِنِيْنَ القِتَالَ وَكَانَ اللهُ قَوِيًّاعَزِيْزًا
“dan dienyahkanlah oleh Allah orang-orang kafir itu dengan penuh keberagaman dalam dada mereka, disebabkan mereka tiada mencapai suatu kebaikanpun, dan tuhan telah menghindarkan orang-orang yang Mukmin dari peperangan. allah itu maha kuat lagi maha perkasa”. ( Al Ahzab 25)
Hingga firman-Nya :
وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَرَهُمْ وَأمْوَلَهُمْ وَأرْضًالَّمْ تَطَؤُهَاوَكَانَ آللهُ عَلَى كُلِّ شَئٍ قَدِيرًا
“dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah,rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak, dan Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-Ahzab:27)
            Dua puluh hari lamanya mereka berperang dengan tentara kaum Muslimlin, tetapi mereka menyerbu kota Madinah, sehingga serangan itu tidak nampak hasilnya. Rupanya timbul perselisihan di dalam kalangan mereka sama mereka, musyrikin,yahudi, sehingga penyerangan itu gagal, karena kehilangan persatuan diantara mereka
            Angin yang dikirim Allah itu adalah angin badai yang amat deras. Angin ini telah menumpahkan periuk-periuk mereka yang sedang terjerang, merobohkan kemah-kemah yang mereka dirikan, dan menyebarkan debu dan pasir ke dalam mata dan kerongkongan mereka. Pendeknya angin ini merupakan suatu tenaga raksasa yang menghancurkan dan mematikan, yang tak dapat mereka lawan, walau bagaimana jugapun. Mereka mengambil keputusan melarikan diri, dengan merasa gagal dan putu asa.
 Pada kesempatan itu, Rasulullah Saw berbicara dengan Hudaifah yang menjadi mata-mata kaum muslim yang diperintah oleh Rasulullah Saw untuk mengetahui keadaan musuh. Saat itu, beliau kembali memerintahkan Hudaifah untuk mencari informasi tentang keadaan musuh yang masih berada disekitar parit, diluar kota Madinah Hudaifah pun mengerjakan perintah tersebut. Dalam dinginnya malam yang gelap, ia berangkat menyusup ke tengah pasukan musuh. Suasana gelap sudah menyelamatkan Hudaifah, sehingga ia bisa leluasa masuk ke tengah-tengah pasukan Quraisy. Allah Swt telah memberikan pertolongan-Nya kepada kaum muslim, sehingga mata-mata mereka dapat menyusup dengan mudahnya dan tidak terlihat. Begitu tiba di tengah-tengah pasukan kafir, tiba-tiba Hudaifah mendengar suara yang sangat berwibawa. “wahai kaum Quraisy, sudah tiga minggu kita berada disini dan tidak sedikit pun kita bisa menembus pertahanan pasukan Muhammad. Mereka sudah menggali parit yang sangat dalam dan lebar sehingga kita begitu sulit menerobos kedalam kota. Sekarang, lebih baik kita bersiap-siap untuk pulang kembali ke Makkah!” kata Abu Sufyan dengan lantang. Akhirnya, berita menggembirakan itu disampaikan oleh Hudaifah kepada Rasulullah Saw dan di sambut dengan rasa gembira oleh kaum muslim.
Siang hari itu Abu Sufyan dan para pemimpin Quraisy lainnya dilanda kegelisahan luar biasa. Mereka ingin menyerang Madinah tapi ragu-ragu, mereka ingin pulang tapi merasa keberatan jika pasukan yang sudah terhimpun sangat banyak itu harus bubar.ditengah-tengah embus angin yang masih kencang menerjang pasukan Quraisy pulang membawa apa pun yang bisa mereka bawa,kemudian diikuti pasukan Ghatafan,lalu kabilah-kabilah lainnya.
 Inilah akhir dari perang Khandaq, dimana pasukan muslim tampil sebagai pemenang dalam pertempuran tersebut. Meskipun tidak sampai bertempur secara fisik, namun pasukan Quraisy mengakui kehebatan pasukan muslim sehingga mereka menyerah dan mundur.
Setelah pasukan sekutu pulang, Muhammad kembali merenungkan peristiwa besar yang baru saja dilalui kaum muslim. Namun, beliau berpikir bahwa bisa saja kelak kaum Yahudi kembali berkhianat dan memicu terjadinya peristiwa mengerikan seperti kemarin. Jadi, atas pengkhiatan itu, Bani Quraizhah harus dibeli pelajaran. ternyata Bani Quraizhah termasuk Huyay Ibn Akhtab dari Bani Nadhir, tidak belajar dari pengalaman. Mereka masih memaki,mengecam,dan menghina Rasulullah. Mereka mendustakannya dan berusaha mencemarkan kehormatan istrinya, semestinya mereka berupaya meraih hati Muhammad agar tidak menimpakan bencana yang lebih menyakitkan dibanding yang dialami Bani Nadhir.Bani Quraizhah dikepung oleh pasukan muslimin selama 25 hari. Akhirnya, Bani Quraizhah diusir dari Madinah. Bagi yang terlibat dalam pemboikotan, dijatuhi hukuman mati, sedangkan wanita dan anak-anak dijadikan tawanan. Adapun harta mereka menjadi rampasan perang.

C.     Hikmah Dibalik Perang Khandaq
Ada beberapa pelajaran atau hikmah berharga dari peristiwa perang khandaq, antara lain sebagai berikut :
1.      Menghadapi pasukan besar,kuat, dan bersenjata canggih, umat islam harus berfikir kreatif dan tidak frontal.
2.      Inovasi baru yang diperkenalkan Salman dari Iran mengharuskan umat islam sekarang meminjam teknologi dan bantuan pengetahuan dari bangsa lain.
3.      Kelompok umat islam dalam membangun parit adalah simbol semangat persatuan di kalangan umat islam. Semangat semacam ini, sepatutnya harus dipertahankan dan di lestarikan oleh masyarakat muslim di era modern saat ini.
4.      Soloditas umat menjadikan kekuatan 10.000 tentara yang siap tempur tidak berdaya.
5.      Pengkhianat dari kaum Yahudi akhirnya dihukum, hati-hati terhadap tusukan dari belakang.

D.    Kesan-kesan peperangan ini
Karena peperangan Ahzab ini kaum muslimin telah menderita berbagai macam kesukaran. Mereka telah menderita letih dan lapar, akibat dari kepungan musuh dan waktu yang lama. Sesudah peperangan Ahzab, taktik Rasulullah Saw berubah. Dalam peperangan Ahzab dan peperangan sebelumnya Rasulullah memakai taktik mempertahankan diri. Taktik mempertahankan diri ini hampir saja mengakibatkan kehancuran kaum Muslimin. Tetapi, untuk memakai taktik menyerang Rasulullah belum mau melakukannya, karena belum mendapat keizinan dari Allah. Rasulullah memakai taktik baru yang dalam bidang ketentaraan terkenal dengan sebutan “menyerang untuk membela diri (Ad Difa’ul Hujumy)”. Sekarang Nabi sudah mulai menyerang kesatuan-kesatuan musuh, jika mereka telah berkumpul dan bersiap-siap akan menyerang kaum Muslimin. Taktik inilah yang dilakukan kaum Muslimin dalam peperangan yang terjadi kemudian.






















PENUTUP
I. Kesimpulan
Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima Hijriyah. Perang ini berawal dari kaum Yahudi yang melanggar perjanjian perdamaian dengan umat Islam. Mereka bergabung dengan kaum kafir Quraisy. Jumlah pasukan musuh seluruhnya mencapai 10.000 orang. Sedangkan Nabi hanya dapat mengumpulkan sebanyak 2000 prajurit muslim. Sesuai saran Salman Al-Farisi, kaum Muslimin menggali parit untuk lubang perlindungan, sekalipun jumlah tentara musuh lima kali lipat lebih besar, namun berkat pertolongan Allah kaum Muslimin dapat memenangkan peperangan. upaya yang dilakukan orang-orang musyrik untuk menyeberangi parit dan upaya kaum Muslimin menahan mereka berjalan hingga beberapa hari. Karena ada parit yang menghalangi kedua pasukan, tidak sampai terjadi pertempuran dan adu senjata secara langsung. Peperangan terbatas hanya dengan melepaskan anak panah. Meski demikian, ada beberapa orang dari kedua belah pihak yang menjadi korban, yaitu enam orang dari kaum Muslimin dan sepuluh orang kaum Musyrikin. Disamping itu ada satu atau dua orang yang terbunuh karena tebasan pedang. dalam perang ini, 700 orang lelaki Bani Quraizhah dihukum bunuh oleh tentara muslim karena dosa mereka yang besar sekali. Maka berakhirlah riwayat bangsa Yahudi di Madinah. Mereka banyak yang pindah ke Syiria dan Khaibar.

II. Saran
Membaca kisah sejarah itu sangat menarik, karena merupakan peristiwa atau kejadian penting yang dicatat dalam sejarah dan benar-benar terjadi di masa lampau. Mempelajari kisah sejarah akan memperluas cakrawala pengetahuan kita, sehingga kita semakin bijak dalam menyikapi hidup. Semoga, dengan membaca kisah-kisah sejarah tersebut, kita dapat memetik hikmah dari peristiwa tersebut.  


No comments:

Post a Comment