MAKALAH
SENI BUDAYA
DRAMA
ERWIN NOGORI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah
kreasi bukan semata – mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan
hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab
itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah
geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel
cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama,
lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat
popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat
pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan –
pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan
bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan
mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke
situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang
profesionalitas agar dapat berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat
makalah ini guna membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia drama. Selain
tentang pengertian dan unsur – unsur drama, makalah ini juga memuat catatan
tentang manfaat drama serta dilengkapi juga dengan panduan bagaimana akting
yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Drama
adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan
sumber pokok drama. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah
Sandiwara.
Alur adalah
tahapan atau rangkaian jalannya sebuah cerita yang disampaikan oleh pengarang
cerita tersebut.
Unsur – Unsur Instrinsik Dalam Drama
1.
Alur
Di dalam sebuah alur, ada beberapa tahapan-tahapan yang terbagi ke dalam 5 bagian cerita, yaitu:
1. Perkenalan
Pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan tokoh-tokoh, lattar yang ada di dalam cerita tersebut.
2. Pemunculan masalah
Pada tahapan ini, penuliis mulai memperkenalkan masalah yang akan dihadapi oleh tokoh utamannya.
3. Menuju konflik
Penulis mulai mengarahkan tokoh utama masuk ke dalam konflik yang telah dia perkenalkan sebelumnya.
4. Ketegangan
Pada tahapan inilah yang menjadi inti dari sebuah cerita dimana tokoh utama sedang berada di dalam sebuah masalah yang sangat menegangkan.
5. Penyelesaian
Setelah melewati puncak masalah, penulis mulai membawa jalan cerita menuju penyelesaian masalah tersebut. Apakah cerita tersebut akan berakhir bahagia atau malah sebaliknya. Semua itu merupakan keputusan penulisnya.
Macam-Macam Alur
Jika dilihat dari urutan kronologisnya, alur dikelompokan menjadi 3 macam yaitu, alur maju, alur mundur dan alur campuran. Di bawah ini adalah macam-macam dan contoh alur berdasarkan urutan jalan ceritanya
1. Alur maju
Pada alur
maju atau disebut juga dengan alur progresif, penulis menyajikan jalan
ceritanya secara berurutan dimuali dari tahapan perkenalan ke tahapan
penyelesaian secara urut dan tidak diacak.
2. Alur mundur
Alur mundur
adalah proses jalannya cerita secara tidak urut. Biasanya pengarang
menyampaikan ceritanya dimulai dari konflik menuju penyelesaian, kemudian
menceritakan kembali latar belakang timbulnya konflik tersebut.
3. Alur campuran
Alur jenis
ini adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur. Penulis pada awalnya
menyajikan ceritanya secara urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis
menceritakan kembali kisah masa lalu atau flash back. Cerita yang menggunakan
alur ini cukup sulit untuk dipahami dan membutuhkan konsentrasi yang cukup
tinggi.
2.
Konflik
dalam Drama
Drama, pada dasarnya, merupakan konflik yang timbul
karena adanya keterlibatan tokoh-tokohnya. Konflik dalam drama dibagi menjadi
dua;
a. Konflik eksternal, yaitu konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial), seperti adegan perkelahian.
b. Konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh (konflik batin), seperti dilanda galau karena dua pilihan pelik.
a. Konflik eksternal, yaitu konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial), seperti adegan perkelahian.
b. Konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh (konflik batin), seperti dilanda galau karena dua pilihan pelik.
Salah satu kelemahan kita dalam menulis skenario
atau naskah drama adalah tidak adanya suspensi atau bahasa kerennya itu
dramatisasi cerita. Kalangan remaja sekarang menyebut istilah seperti di atas
sebagai twist; semacam kejutan yang membawa pembaca atau penontonnya menjadi
penasaran berkelanjutan sepanjang cerita.
Nah, pada materi kita kali ini, kalian akan
mengetahui tips-tips sederhana bagaimana membangun konflik yang mengejutkan
itu. Berikut adalah cara-caranya:
- Merupakan
hal yang paling penting, seperti sudah dibahas dalam materi sebelumnya
mengenai menulis drama, adalah menguasai tema. Tema adalah jantungnya
cerita, dari awal penulis naskah sudah menghipotesakan akan bagaimana dan
ke mana cerita mengalir.
- Ciptakan “ketegangan
emosi” pada penokohan. Seperti sudah dibahas pada materi sebelumnya,
pikirkan contoh konflik yang tidak hanya adegan pukul-pukulan, misalnya
tweetwar yang lebih terasa tegangnya.
- Dramatisasikan
suasana cerita. Misalnya kalau sedang adegan perpisahan, cobalah buat
dialog yang berisikan derita perpisahan yang menyayat hati.
- Ikut
sertakan tokoh sampingan atau figuran untuk memperkuat dramatisasi cerita.
Misalnya, ada tokoh anak balita yang harus mengamen sampai tengah malam
demi sesuap nasi.
- Jiwai setiap
tokoh yang kamu ciptakan, baik sedih maupun bahagianya. Seolah-olah
kamulah sang tokoh itu.
- Jangan
pakai dialog yang bertele-tele seperti sinetron. Kombinasikan dialog
panjang dan pendek sesuai cerita dan yang penting pilihlah kata-kata yang
terasa “dalam”.
- Buatlah ending
cerita yang tidak terduga.
Nah, demikian rangkaian materi mengenai menulis
drama. Paling utama dari pembelajaran kita ini adalah sering-seringlah berlatih
menulis dan tentunya menonton drama karya orang lain.
3. TOKOH DAN PENOKOHAN DRAMA
a. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh ialah pelaku dalam karya
sastra. Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita
Ada tiga jenis tokoh bila dilihat dari sisi keterlibatannya dalam menggerakan
alur, yaitu:
- Tokoh
sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan alur. Potensial →
mempunyai potensi, dimana arti potensi adalah sesuatu yang dipandang dapat
menghasilkan/ menguntungkan. Tokoh sentral merupakan pusat cerita,
penyebab munculnya konflik.
- Tokoh
bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap
prkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu.
- Tokoh
latar merupakan tokoh yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
pengembangan alur. Kehadirannya hanyalah sebagai pelengkap latar,
berfungsi menghidupkan latar.
b.
Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau melukiskan tokoh dalam
cerita yang ditulisnya. Dalam penokohan, watak atau karakter seorang tokoh
dapat dilihat dari tiga segi, yaitu melalui:
1. Dialog tokoh.
2. Penjelasan tokoh.
3. Penggambaran fisik.
4. DIALOG
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog
memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya,
jalannya cerita drama diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya.
5. UNSUR-UNSUR PEMENTASAN DRAMA
DRAMA
Berdasarkan etimologi, kata
drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Drama sering
disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi
yang berarti rahasia dan dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara
berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan.
Dalam arti sempit, drama adalah
kisah hidup manusia dalam masyarakat yang dipyoyeksikan ke atas panggung,
disajikan dalam bentuk dialog dan gerakan berdasarkan naskah, didukung tata
panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana. Dalam arti luas,
drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan di
depan orang banyak. Dengan kata lain, drama dalam arti luas mencakup teater
tradisional dab teater modern, sedangkan dalam arti sempit mengacu pada drama
modern saja.
Pertunjukan drama atau
pementasan drama merupakan kesenian yang sangat kompleks. Sebab seni drama
bukan saja melibatkan banyak seniman, melainkan juga mengandung banyak unsur.
Unsur-unsur dalam drama adalah naskah, pemain, sutradara, tata rias, tata busana,
tata lampu, tata panggung, tata suara, dan penonton. Jika salah satu dari unsur
tesebut tidak ada maka pertunjukan drama tersebut tidak akan pernah tejadi.
A. Pementasan Drama
Pementasan drama merupakan
kesenian yang sangat kompleks. Sebab, seni drama bukan hanya saja melibatkan
banyak seniman, melaikan juga mengandung banyak unsur. Unsur-unsur itu saling
mendukung dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keutuhan
pementasan drama. Karena itu, semua unsur pementasan drama harus ada dan harus
digarap dengan baik. Jika salah satu unsur tidak ada bisa, mengakibatkan
pementasan drama tidak akan pernah terwujud.
Apa unsur-unsur pementasan drama itu? Sedikitnya
ada sembilan unsur drama, yaitu naskah, pemain, sutradara, tata rias, tata
busana, tata panggung, tata lampu, dan penonton.
B. Naskah Drama
Naskah drama adalah karangan
yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh
dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang
diperlukan.
Bentuk naskah drama dan
susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah cerita pendek
atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Sebaliknya naskah drama tidak mengisahkan cerita langsung. Penuturan
ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi naskah drama itu mengutamakan
ucapan-ucapan atau pembicaran para tokoh.
Permainan drama dibagi dalam
babak demi babak. Setiap babak mengisahkan perstiwa tertentu. Peristiwa itu
terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula.
Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gambaran yang jelas bahwa
setiap peristiwa berlangsung di tempat, waktu, dan suasana yang berbeda.
Untuk memudahkan para pemain
drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan,
melaikan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya
gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda
peralatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak.
C. Pemain
Pemain adalah orang yang
memeragakan cerita. Berapa banyak pemain yang dibutuhkan dalam drama,
tergantung dari banyaknya tokoh yang terdapat dalam naskah drama yang akan
dipentaskan. Sebab, setiap tokoh akan diperankan oleh seorang pemain.
Agar berhasil memerankan
tokoh-tokoh tadi, maka pemain harus dipilih secara tepat. Jika dalam drama itu
pemainnya campuran, untuk menentukan pemain tentu lebih mudahdaripada tidak
campuran. Yang dimaksud pemain campuran adalah para pemain terdiri dari
anak-anak, remaja, dan orang tua. Juga pemain laki-laki dan perempuan.
Dalam upaya memilih pemain drama yang tepat, cara
berikut ini dapat diterapkan.
- Naskah yang
sudah dipilih harus dibaca berulang-ulang agar semuanya dapat memahaminya.
Dari dialog para tokoh dapat diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah
drama itu.
- Setelah
diketahui watak tiap tokoh, kemudian memilih pemain yang cocok dan mampu
memerankan masing-masing tokoh.
- Selain
mempertimbangkan watak, perlu juga untuk mempertimbangkan perbandingan
usia dan perkiraan perawakan (postur).
- Kemampuan
pemain menjadi pertimbangan penting pula. Sebaiknya dalam memilih pemain
haruslah yang mempunyai kepintaran. Artinya, dalam waktu yang tidak
terlalu lama bdalam berlatih, dia sudah bisa memerankan tokoh seperti yang
dikehendaki naskah.
D. Sutradara
Sutradara adalah pempinan dalam
pementasan drama. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kesuksesan
pementasan drama, ia harus membuat perencanaan dan melaksanakannya. Tugas seorang
sutradara sangat banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat. Sutradara
harus memilh naskah, menetukan pokok-pokok penafsiran naskah, memilih pemain,
melatih pemain, bekerja dengan staf, dan mengkoordinasikan setiap bagian. Semua
itu harus dilakukan dengan cermat. Bila pementasan drama berjalan lancar,
menarik, dan memuaskan penonton, sutradara menjadi orang pertama yang berhak
mendapat pujian. Dan begitupun sebaliknya, jika pementasan crama tidak berjalan
lancar yang menyebabkan penonton kecewa, sutradara pasti yang menjadi sasaran
kemarahan.
Bagi seorang sutradara, yang
mula-mula dilakuakan adalah memilih naskah. Naskah yang telah dipilih kemudian
dibaca berulang-ulang, untuk memntukan bagaimana watak tokoh-tokonya, tata
rias, pengaturan panggung dan seterusnya. Akan tetapi, sutradara tetap harus
memberikan pengarahan karena semua itu merupakan tanggung jawab sutradara.
Meskipun demikian, sutradara harus mau mendengarkan usul berbagai pihak dan
memperrtimbangkannya.
Selanjutnya, sutradara memilih
para pemain. Para pemain terpilih kemudian diberi penjelasan tentang lakon
drama yang akan dipentaskan, watak tokoh dan hal-hal yang berkaitan dengan
drama yang akan dipentaskan. Tugas sutradara yang selanjutnya adalah melatih,
membimbing, dan mengarahkan para pemain agar dapat memerankan tokoh dalam
cerita. Sutradara harus mampu menafsirkan watak dan lagak tokoh cerita secara
tepat kemudian memindahkan watak dan lagak itu kepada para pemain.
Seorang sutradara tidak boleh
segan atau ragu menegur, mencela, atau menyalahkan pemain yang memang salah
mengucapkan dialog atau berakting. Jika perlu, dengan tegas menindak pemain
yang tidak disiplin. Tugas sutradara sangatlah banyak dan beban tanggung
jawabnya sangat berat. Karena itu, sutradara sebaiknya mampu :
- Memilih
naskah yang baik
- Pandai
menafsirkan watak para tokoh cerita
- Pandai
memilih pemain yang tepat
- Sanggup
melatih para pemain
- Bisa
bekerja sama dengan para petugas
- Cekatan
dalam mengkoordinasikan semua bagian
E. Tata Rias
Tata rias adalah cara mendandani
atau memakepi para pemain. Orang yang mengerjakan tata rias disebut penata
rias. Penata rias boleh seorang pria, boleh juga seorang wanita. Karena yang
dilihat adalah keahliannya dalam bidang tata rias. Alat-alat rias itu, berupa
bedak, pemerah bibir, bubuk hitam dari arang, pensil alis, gelung palsu, kumis
palsu, dan lem.
Seorang penata rias haruslah
memiliki rasa seni yang tinggi. Selain harus memiliki rasa seni, penata rias
harus terampil dan cekatan. Penata rias harus mampu mengatur waktu
sehingga setiap pemain yang akan naik panggung sudah dirias dengan baik.
F. Tata
Busana
Tata busana adalah pengaturan
pakaian pemain baik bahan, model, maupun cara mengenakannya. Tata rias
sebenarnya memilki hubungan yang erat dengan tata rias. Karena itu, tugas mengatu
pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Artinya, penata rias sekaligus
juga menjadi penata busana. Dengan kata lain, tata rias dan tata busana
merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling mendukung.
Akan tetapi, sering pula terjadi
tugas penat rias dipisahkan dengan tugas mengatur pakaian. Artinya, penata rias
hanya khusus merias wajah, sedangkan penata busana yang mengatur pakaian/busana
para pemain dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja.
Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekrja sama saling
memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya
memuaskan. Penata rias dan penata busana hars mampu menafsirkan dan
memantas-mantaskan rias dan pakaian yang akan di pentaskan oleh pemain.
G. Tata
Panggung
Panggung adalah tempat para
aktor memeragakan lakon drama. Sebagai area pertunjukan, biasanya panggung
dibuat edikit lebih tinggi daripada lantai. Sering pula lebih tinggi daripada
tempat duduk penonton agar penonton yang pling jauh masih dapat melihat dan
menyaksikan pertunjkan drama tersebut dengan jelas.
Tata panggung adalah keadaan
panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Petugas yang menata panggung
disebut penata panggung. Penata panggung biasanya terdiri dari beberapa orang
(tim) supaya dapat mengubah keadaan panggung dengan cepat.
Panggung menggambarkan tempat,
waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang terjadi
dalam suatu abak berbeda dalam tempat, waktu, dan suasana yang berbeda dengan
peristiwa dalam babak yang lain. Untuk itu, penataan panggung harus
diubah-ubah.
Penataan panggung tugasnya hanya
menururi apa yang diminta naskah. Meskipun demikian, secara kreatif ia boleh
menambahkan, mengurangi, atau mengubah letak perabotan asal perubahan itu menambah
baiknya keadaan panggung. Berkaitan dengan itu, penata panggung sebaikinya
dipilih orang-orang yang mengerti keindahan dan tahu komposisi yang baik,
meletakkan barang-barang di panggung tidak sembarangan. Sebab, mengatur
panggung ada seninya. Komposisi yang tepat akan menimbulkan keindahan dan
keindahan menimbulkan rasa senang.
H. Tata
Lampu
Tata lampu adalah pengaturan
cahaya di panggung. Karena itu, tata lampu erat hubungannya dengan tata
panggung. Pengaturan cahaya di panggung memang harus disesuaikan dengan keadaan
panggung yang digambarkan. Di rumah orang miskin, di rumah orang kaya, semuanya
memerlukan penyesuaian. Demikian pula dengan waktu terjadinya, apakah pagi,
siang, atau malam.
Yang mengatur seluk-beluk
pencahayaan di panggung adalah penata lampu. Penata lampu biasanya menggunkn
alat yang disebut spot light, yaitu semacam kotak besar berlensa yang
berisi lampu ratusan watt. Karena tata lampu selalu berhubungan dengan listrik,
sebaiknya penata lampu adalah orang yang mengerti teknik kelistrikan. Sebab,
adakalanya lampu tiba-tiba harus dimatikan sejenak lalu dihidupkan kembali. Ada
kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik. Untuk menghadapi hal seperti itu
penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan tentu akan bingung,
yang akibatnya pencahayaan di panggung menjadi kacau dn pertunjukan drama
menjdi gagal.
I.
Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengatura
pengeras suara ( sound system ), melainkan juga musik pengiring. Musik
pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih menyakinkan
bagi para penonton.
Alat musik yang digunakan pada
saat suasana sedih mungkin hanya seruling yang ditiup mendayu-dayu menyayat
hati. Demikia pula jka adegan pertengkaran, dan suasananya pana akan lebih
terasa bila iringi dengan musik yang berirama cepat dan keras.
Iringan musik tidak dijelaskan
dalam naskah. Penjelasaannya hanya secara umum saja, misalkan diringi musik
pelan, sendu, atau sedih. Urusan pengiringa musik ini diserahkan
sepenuhnya kepada penata suara atau penata musik. Musik pengiring
dimainkan dibalik layar agar tidak terlihat penonton dan tidak mengganggu para
pemain drama. Kekerasan suara juga harus diatur untuk mencitakan permainn drama
yang indah.
J.
Penonton
Penonton termasuk unsur penting
dalam pementasan drama. Bagaimana sempurnanya persiapan, kalau idak ada
penonton rasanya drama tidak akan dimainkan. Jadi, segala unsur drama yang
telah disebutkan sebelumnya pada akhirnya semuanya untuk penonton. Kesuksesan
sebuah drama biasanya dapat diukur dari banyak-sedikitnya penonton.
Penonton drama terdiri dari
berbagai macam latar belakang, baik pendidikan, ekonomi, kemampuan
mengapresiasi, maupun motivasi. Dilihat dari segi motivasinya, sedikitnya ada
tiga ragam penonto, yaitu penonton peminat, penonton iseng, dan penonton
penasaran.
- Penonton Peminat
Penonton peminat adalah penonton intelektual yang
mampu mengapresiasikan seni, terutama seni drama.
- Penonton Iseng
Penonton isenng sebenarnya penonton yang tidak
punya perhatian khusus pada drama, tetapi mungkin menyukai seni lain, terutama
seni musik.
- Penonton Penasaran
Penonton ini berhasrat menonton
karena penasaran, yaitu ingin tahu aa sebenarnya tontonan drama itu. Mungkin
mereka penasaran pada lakonnya atau mungkin pada pemainnya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa penasaran ini menyangkut dua hal, yaitu penasaran
terhadap seni dan penasaran terhadap tokoh.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Drama adalah satu bentuk lakon
seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi,
percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian
action. Drama dalam masyarakat kita mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti
luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk
tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak.
Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang
diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam hentuk dialog dan gerak
berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias,
dan tata husana. Dengan kata lain, drama dalam arti luas mencakup teater
tradisional dan teater modern, sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada
drama modern saja.
Adapun unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik
(unsur luar). Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur
atau plot, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang
tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa
bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh,
sutradara, dan penonton.
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya (sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata). Dan menurut masanya drama ada drama baru dan drama lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain itu juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan.
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya (sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata). Dan menurut masanya drama ada drama baru dan drama lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain itu juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan.
B. Saran
Ø Hendaknya
pihak sekolah menambah kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni drama, agar
siswa mendapat bimbingan dan lebih dapat mengekspresikan bakatnya.
Ø Hendaknya
sekolah mengadakan pagelaran / pertunjukan drama, agar siswa lebih matang
dalam mengembangkan bakat seni dramanya.
DAFTAR PUSTAKA
Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV. Aneka Ilmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara
No comments:
Post a Comment