KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah selesai tepat pada waktunya,
makalah ini mengambil judul tentang “ Pengembangan Usaha Ekonomi
Pembangunan Pertanian “.
Makalah ini
berisikan berbagai informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Usaha
Ekonomi pembangunan pertanian.
Penulis
menyadari bahwa makalah yang dibuat ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mohon kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat
membangun, serta menjadi pembelajaran baru bagi penulis sendiri demi
tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,
penulis menyampaikan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pasir
Pengaraian, 31 Oktober 2016
ERWIN NOGORI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULAN........................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
Pengembangan Usaha Ekonomi
Pembangunan Pertanian............................. 3
perkembangan dan peranan Pertanian
terhadap perekonomian..................... 8
Kaitan Pembangunan Pertanian dan Usaha Pengembangan Ekonomi.......... 9
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15
Kesimpulan..................................................................................................... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurunnya
kontribusi sektor pertanian terhadap struktur perekonomian nasional tidak
terlepas dari adanya beberapa titik lemah dalam kebijakan dan implementasi yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah telah
melakukan berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti pembangunan
pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, dan pembangunan
pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut sampai saat ini belum
menghasilkan pencapaian yang menggembirakan. Menempatkan pembangunan pertanian
sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led
development) dengan segala tantangan yang harus dihadap,i baik yang sifatnya
internal maupun eksternal diharapkan mampu memecahkan persoalan ekonomi melalui
pertumbuhan ekonomi dengan perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan
devisa, pemerataan, percepatan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan
pangan dan pelestarian lingkungan hidup. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan
teknologi yang mempengaruhi corak berpikir petani, konsumen dan pelaku
pembangunan pertanian yang lain, maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan,
termasuk didalamnya reorientasi peran pemerintah.
Sektor pertanian merupakan andalan untuk meningkatkan
kesejahteraan sebagian masyarakat Indonesia karena sebagian besar masyarakat
Indonesia tinggal di desa dan bekerja di sektor pertanian. Di lihat dari
kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian
secara makro terjadi penurunan, di mana kontribusi sektor pertanian terhadap PDB pada tahun 2010 15,3 %, kemudian
turun menjadi 14,7 % . Di tinjau dari luas panen padi tahun 2010 sebesar 13.253.450 ha, kemudian turun menjadi 13.203.643 ha pada 2011. Sedangkan dari
produksi padi pada tahun 2010 sebesar 66.469.394 ton, kemudian turun menjadi
65.756.904 ton padi tahun 2011. Dan dari tingkat produktifitas p adi pada tahun 2010
sebesar 50,15 (ku/ha), kemudian turun menjadi
49,80 (ku/ha) pada tahun 2011. Fenomena ekonomi ini memberikan isyarat terjadinya transformasi ekonomi pada
perekonomian Indonesia secara makro baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan
menurunnya tingkat produktifitas, luas area lahan pertanian yang secara tidak langsung menurunkan tingkat produksi pertanian
khususnya pada produksi padi.
Dengan latar belakang tersebut penulis mengkaji sektor
pertanian secara umum dengan
menitikberatkan pada permasalahan, kebijakan dan strategi dalam produksi pangan khususnya produksi padi. Kita ketahui
sektor pertanian ditopang oleh subsektor
lainnya, yakni sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan serta tanaman pangan, di mana sektor tanaman
pangan yang menjadi prioritas karena termasuk
dalam kategori kebutuhan primer, maka tidak heran bila setiap negara khususnya negara Indonesia yang merupakan
negara agraris setiap tahun berupaya untuk
memaksimalkan sektor ini. Namun, kita sedikit bersedih karena sektor tersebut bukan sektor utama yang menyumbang dalam laju
pertumbuhan PDB. Hal ini menandakan
adanya transformasi dari sektor pertanian menuju sektor modern yang berarti
lahan pertanian semakin sempit karena pesatnya peertumbuhan dan pembangunan gedung-gedung. Keadaan tersebut
harus disikapi dengan segera mungkin dari pusat hingga daerah, dari pejabat
hingga rakyat agar tidak bertambah masyarakat yang melarat dikarenakan
pemerintah yangsibuk dengan rapat tanpa ada tindak perbuat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan
Usaha Ekonomi Pembangunan Pertanian?
2.
Bagaimana
perkembangan dan peranan Pertanian terhadap perekonomian?
3. Apa Kaitan Pembangunan
Pertanian dan Usaha Pengembangan Ekonomi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang
menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
memperluas pengetahuan serta sebagai wawasan baru dalam pembelajaran di bidang
pertanian
2. Untuk
mengetahui bagaimana cara pengembangan usaha ekonomi pembangunan pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan
Usaha Ekonomi Pembangunan Pertanian
Pertanian merupakan sektor yang
mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.
Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan
semakin menjerumuskan pada kehancuran. Meski demikian merupakan sektor yang
sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian
hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat
dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional.
Pembangunan pertanian dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional.
Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian mempunyai peranan
penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa
terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor
nasional, besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada Pertanian ini,
perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di
pedesaan. Potensi pertanian yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini
sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal
ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Ada beberapa jenis pertanian berdasarkan
perkembangannya yaitu:
- Pertanian ekstraktif, yaitu
pertanian yang dilakukan dengan hanya mengambil atau mengumpulkan hasil
alam tanpa upaya reproduksi. Pertanian semacam ini meliputi sektor
perikanan dan ekstraksi hasil hutan.
- Pertanian generatif yaitu corak pertanian yang
memerlukan usaha pembibitan atau pembenihan, pengolahan, pemeliharaan dan
tindakan agronomis lainnya. Berdasarkan tahapan perkembangannya pertanian
generatif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
- Perladangan berpindah (shifting cultivation),
- Pertanian menetap (settled agricultured)
Selanjutnya berdasarkan ciri ekonomis yang lekat pada masing-masing corak
pertanian dikenal dua kategori pertanian yakni pertanian subsisten dan pertanian komersial. Pertanian subsisten ditandai oleh
ketiadaan akses terhadap pasar. Dengan kata lain produk pertanian yang
dihasilkan hanya untuk memenuhi konsumsi keluarga, tidak dijual. Pertanian
komersial berada pada sisi dikotomis pertanian subsisten. Umumnya
pertanian komersial menjadi karakter perusahaan pertanian (farm) di mana pengelola
usahatani telah berorientasi pasar. Dengan demikian seluruh output pertanian
yang dihasilkan seluruhnya dijual dan tidak dikonsumsi sendiri.
Pertanian
Sebagai Kegiatan Ekonomi
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian
dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau
bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan
"hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa
agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Dalam kerangka berpikir sistem ini,
pengelolaan tempat usaha pembibitan,penyediaan input produksi,dan sarana
produksi, biasa diistilahkan sebagai aspek “hulu”. Sementara kegiatan
pasca panen seperti ; distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam
aspek “hilir”. Sedangkan Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari
aspek proses produksi.
Agribisnis, dengan perkataan lain,
adalah cara pandang ekonomi bagi
usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari
strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan
bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Agribisnis itu adalah suatu
sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana produksi dan peralatan
pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan
sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan
dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-sistem penunjang
dan pembinaan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu
mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya
dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya
usaha pertanian sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan:
(a) skala kecil,
(b) modal yang terbatas,
(c) penggunaan teknologi yang masih
sederhana,
(d) sangat dipengaruhi oleh musim,
(e) wilayah pasarnya lokal,
(f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan
terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi),
(g) akses terhadap kredit, teknologi
dan pasar sangat rendah,
(h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai
oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan
petani.
Selain itu, masih ditambah lagi dengan
permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian seperti
pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang
semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani,
kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak
meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani,
menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah
pertanian demi terwujudnya pembangunan pertanian yang lebih maju demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan pertanian di masa yang
akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada,
namun juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan
politik yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan
pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia.
Oleh karena itu, pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk menghasilkan
produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu
mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga
tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila
menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Di bawah ini
terdapat beberapa rekomendasi, tawaran, saran, masukan dan juga tuntutan hasil
dari pemikiran mahasiswa-mahasiswa pertanian yang terkait strategi pembangunan
pertanian yaitu sebagai berikut:
1.
Optimalisasi
program pertanian organik secara menyeluruh serta menuntut pemanfaatan lahan
tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.
2. Regulasi
konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya
dilindungi oleh undang-undang.
3. Penguatan
sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa program insentif
usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan
pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi yang
berbasis pertanian, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber
informasi IPTEK.
4. Indonesia
harus mampu keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan bebas dunia.
5. Perbaikan
infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan
pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil
penelitian ilmuwan lokal.
6. Mewujudkan
kedaulatan pangan.
7. Peningkatan
mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.
8. Membuat dan
memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi Petani.
9. Memposisikan
pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian dan
perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
10. Mewujudkan segera reforma agraria.
11. Perimbangan muatan informasi yang
berkaitan dengan dunia pertanian serta penyusunan konsep jam tayang khusus
untuk publikasi dunia pertanian di seluruh media massa yang ada
12. Bimbingan lanjutan bagi lulusan
bidang pertanian yang terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang
pertanian (inkubator bisnis) berupa pelatihan dan pemagangan (retoling) yang
berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha,
program pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke
negara-negara dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan
mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian,
pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda,
serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan
bakat generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang
mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang
tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan
cinta pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.
13. Membrantas mafia-mafia
pertanian.
14. Melibatkan mahasiswa dalam program
pembangunan pertanian melalui pelaksanaan bimbingan massal pertanian,
peningkatan daya saing mahasiswa dalam kewirausahaan serta dana pendampingan
untuk program–program kemahasiswaan.
Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan
pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya
merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun.
Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun
diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional.
Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga
terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian
harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat
menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem
pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan mapan. Dimana Sistem tersebut harus
dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik.
2.2 Perkembangan
Dan Peranan Pertanian Terhadap Perekonomian
Perkembangan
dan Peranan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Sektor pertanian hingga kini
masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Indonesia, pola perkembangan
sektor pertanian Indonesia ditempuh melalui 3 kemungkinan pola atau jalur :
1.
Jalur kapitalistik , yakni melalui pengembangan usaha
tani-usaha tani berskala besar dan melibatkan satuan-satuan yang berskala
kecil.
2.
Jalur sosialistik, yakni melaluipembentukan usaha tani
kolektif berskala besar yang diprakarsai oleh negara.
3.
Jalur koperasi semi kapitalistik yakni melalui
pembinaan usaha tani-usaha tani kecil padat modal yang digalang dalam suatu
koperasi nasional dibawah pengelolaan negara.
Ekonomi
pertanian dicirikan dengan sektor yang memberikan tingkat produktifitas ( marginal
physical produck ) relatif lebih rendah dari pada sektor industrikarena jumlah
tenaga kerja yang bekerja di pertanian lebih banyak dengan tingkat keterampilan
lebih rendah dibandingkan yang bekerja di sektor industri.
Adapun
menurut Kuznet sektor pertanian mampu menghasilkan surplus atau neraca
pembayaran karena sumbangannya terhadap ekspor maupun pengembangan produk
substitusi impor dan ekspansi sektor non pertanian melalui penyediaan pangan
dan bahan baku bagi industry pengolahan. Peranan penting pertanian antara lain
adalah :
1.
Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan
masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan.
2.
.Menyediakan bahan baku industri.
3.
Sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang
dihasilkan industri.
4.
Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang
diperlukan bagi pembangunan sektor lain
5.
Sumber perolehan devisa
6.
Mengurangi tingkat kemiskinan dan peningkatan
ketahanan pangan
7.
Menyumbang pembangunan perdesaan dan pelestarian
lingkungan.
2.3
Kaitan Pembangunan Pertanian dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi ada dua bentuk: extensively yaitu dengan penggunaan banyak
sumberdaya (seperti fisik, manusia atau natural capital) atau intensively
yaitu dengan penggunaan sejumlah sumberdaya yang lebih efisien (lebih
produktif). Ketika pertumbuhan ekonomi dicapai dengan menggunakan banyak tenaga
kerja, hal tersebut tidak menghasilkan pertumbuhan pendapatan per kapita. Namun
ketika pertumbuhan ekonomi dicapai melalui penggunaan sumberdaya yang lebih
produktif, termasuk tenaga kerja, hal tersebut menghasilkan pendapatan per
kapita yang lebih tinggi dan meningkatkan standar hidup rata-rata masyarakat.
Indonesia memasuki tahun 1998 dalam kondisi ekonomi yang sulit dan inflasi yang
melambung menjadi 11,05. Pergantian kepala pemerintahan dari Suharto ke B.J.
Habibie,
pada tanggal 21 Mei 1998 tidak cukup kuat menahan jatuhnya rupiah. Di tahun
tersebut rupiah mengalami depresiasi hampir 80 % dan inflasi melonjak menjadi
77.63%. Kondisi ini mengakibatkan hampir seluruh kegiatan ekonomi terhenti dan
laju pertumbuhan ekonomi berada pada –13,13%. Salah satu sektor produksi yang
mengalami kemerosotan paling dalam adalah industri pengolahan, yang sebelumnya
dijadikan andalan ekspor nonmigas yang memiliki laju pertumbuhan per tahun
sedikitnya 10%. Penyebab merosotnya industri pengolahan adalah rendahnya
kemampuan belanja masyarakat dan kegiatan ekonomi yang lesu yang akhirnya
mengakibatkan permintaan terhadap hasil produk ini berkurang. Disamping itu
tingginya suku bunga pinjaman, dana kredit dari perbankan nasional yang
terbatas dan harga bahan baku impor yang melonjak tinggi akibat dari rendahnya
nilai rupiah serta penolakan bank-bank luar negeri terhadap surat pemberitahuan
kredit dari bank nasional
menghambat
kegiatan industri. Pada akhirnya banyak perusahan yang harus tutup usaha dan
mengakibatkan tingginya angka pemutusan hubungan kerja. Kondisi ini
mengakibatkan
sebagian besar masyarakat kehilangan pekerjaan dan pendapatan serta secara
langsung meningkatkan jumlah penduduk miskin yang tidak mampu menjangkau
kebutuhan pokoknya. Pada saat krisis, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB
mengalami peningkatan paling besar dibanding sektor lainnya. Dari segi
penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2003 sektor pertanian mampu menyerap
sekitar 46 persen, paling tinggi di antara sektor-sektor lain. Kesemua upaya
dalam membangun pertanian dalam menggerakkan sektor lainnya dan peran
pemerintah yang pada akhirnya secara bersama-sama mampu menjadi penggerak dalam
pertumbuhan ekonomi, digambarkan secara baik oleh Yudhoyono (2004) dalam
disertasinya dengan menggunakan Model Ekonomi-Politik Perekonomian Indonesia.
Dari hasil simulasi terhadap kebijakan yang dilakukan (melalui kebijakan
fiskal) terkait dengan masalah pertanian, diperoleh hasil bahwa peningkatan
pengeluaran pemerintah untuk pertanian sebesar 15% akan meningkatkan PDB,
kemudian direspon dengan peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga
proporsibpengangguran dapat ditekan sebesar 4,9%. Pada giliriannya peningkatan
PDB dan pengurangan pengangguran ini akan menurunkan angka kemiskinan baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Kedepan diperlukan investasi yang serentak di
sektor pertanian dan sektor industri dalam perekonomian. Untuk pertumbuhan
berimbang dapat digambarkan dengan model perekonomian dual (The dual economy
model) yang dikemukakan Fei dan Ranis (Hayami, 2001).
Suatu
strategi pertumbuhan ekonomi yang dimotori oleh sektor pertanian dan lapangan
kerja menurut Mellor (1987) mempunyai tiga unsur. Pertama, laju
pertumbuhan pertanian harus dipercepat meskipun luas tanah yang tersedia tetap.
Dengan perubahan teknologi dalam pertanian maka masalah tersebut akan dapat
diatasi. Kedua, permintaan domestik akan hasil pertanian harus tumbuh
cepat meskipun permintaan itu tidak elastis. Ketiga, permintaan akan
barang dan jasa yang ditimbulkan oleh proses-proses padat modal yang masih
rendah harus dinaikkan. Ketiga unsur dimaksud secara terus menerus akan saling
berinteraksi dan bersinergi sehingga strategi pertumbuhan ekonomi yang
didasarkan pada pertanian akan mencapai tujuan dan sasarannya. Kombinasi
skenario kebijakan yang dikemukakan Yudhoyono (2004) dalam disertasinya selalu
menunjukkan angka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian yang relatif
kecil dibandingkan sektor lainnya, hal ini diberikan alasan karena sektor
pertanian saat ini telah menyerap tenaga kerja melebihi kapasitasnya (relatif
sudah tinggi, yaitu sekitar 46% dari total tenaga kerja) sehingga peningkatan
tenaga kerja yang besar ke sektor pertanian akan semakin menurunkan
produktivitas tenaga kerja di sektor
pertanian.
Berdasarkan analisis yang ada ditunjukkan bahwa peningkatan PDB sektor
pertanian, tentunya melalui pembangunan pertanian, sebesar 7% akan mendorong
peningkatan PDB sektor lainnya sebesar 7,6% dan mendorong peningkatan total PDB
sebesar 7,4%. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bawa sektor pertanian mampu
mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya secara significant. Oleh karena itu
tidak berlebihan bila saat ini kita menjadikan Sektor Pertanian sebagai
Basis Pertumbuhan Ekonomi. Dan untuk itu semua diperlukan kemauan
politik, khususnya peran pemerintah, yang memposisikan sektor pertanian menjasi
sektor andalan. Petani dan Pertanian dalam menghadapai Globalisasi
Dengan diratifikasinya beberapa kesepakatan internasional (GATT/WTO) dan
regional (APEC, AFTA, MEE, NAFTA) serta blok-blok lainnya, maka pasar di dalam
negeri terintegrasi kuat dengan pasar regional/internasional. Setiap negara
mempunyai kesempatan untuk perluasan akses pasar (market access),
pengurangan dukungan
domestik (domestic
support) yang dapat mendistorsi pasar dan pengurangan subsidi ekspor (export
subsidy). Beberapa implikasi dari dinamika lingkungan internasional
tersebut, adalah:
1.
Setiap negara harus meningkatkan dayasaing produknya
agar dapat berperan dalam perdagangan dunia,
2.
Dengan terbukanya informasi yang didorong oleh
revolusi transportasi dan telekomunikasi menyebabkan kebijakan yang bersifat
distorsi seperti kebijakan stabilisasi harga semakin sulit dilaksanakan
pemerintah, karena dinamika harga internasional akan secara cepat langsung
mempengaruhi kebijakan dalam negeri,
3.
Globalisasi akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat
dalam hal keragaman, mutu dan keamanan produk pangan. Permintaan akan berubah
dari komoditas ke produk dengan memperhatikan aspek keamanan dan
kesehatan produk,
4.
Meningkatnya kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan telah mempengaruhi pasar produk pertanian, sehingga proses produksi
pertanian harus didasarkan pada kaidah-kaidah konservasi sumberdaya alam, dan
5.
Peningkatan kepedulian juga terjadi pada aspek hak asasi
manusia (HAM) dan gender serta perlindungan hak atas kekayaan intelektual
(HAKI) dan merek dagang. Tantangan pembangunan pertanian dilingkungan domestik
berkaitan dengan pendayagunaan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan,
peningkatan effisiensi dan dayasaing produk pertanian; pelaksanaan good
governance dan penerapan otonomi daerah.
Permintaan
terhadap produk pertanian terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk
dan peningkatan kesejahteraannya, sementara dari sisi penyediaannya (supply)
dihadapkan kelangkaan sumberdaya lahan dan air. Meningkatnya penduduk dan
sektor di luar pertanian telah meningkatkan permintaan akan lahan dan air yang
berakibat terjadinya konversi lahan pertanian produktif dan degradasi
sumberdaya lahan dan air. Pada bagian usaha pertanian sebagian besar dilakukan
oleh petani gurem yang mempunyai skala pengusahaan yang sangat kecil. Kondisi
ini menyulitkan upaya peningkatan efisiensi usaha agribisnis. Keberhasilan
pembangunan pertanian juga dihadapkan kepada kendala masih besarnya
ketergantungan terhadap iklim. Soekartawi (2004) mengemukakan delapan aspek
yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan masa mendatang
khususnya dalam bidang pertanian, yaitu:
1.
Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi.
Aspek ini berjalan begitu cepat dan pengaruhnya dapat
dilihat di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu, sektor pertanian perlu
dibangun dengan memanfaatkan teknologi (dan informasi) guna menuju pertanian
modern. Berhubung pertanian Indonesia sifatnya adalah dual yang
diciptakan oleh Belanda di jaman kolonialisme dahulu maka pertanian di
Indonesia bisa dicirikan menjadi pertanian skala besar (modern) seperti
perkebunan dan pertanian skala kecil yang dicirikan oleh pertanian konvensional
atau pertanian rakyat.
2.
Meningkatnya jumlah key players di sektor
pertanian.
Hal ini
mengakibatkan sektor pertanian bukan menjadi sektor yang ditangani oleh
Departemen Pertanian tetapi oleh banyak Departemen, seperti Departemen
Perdagangan, Pekerjaan Umum, Perhubungan, dan Keuangan. Disini diperlukan
koordinasi yang baik di antara lembaga tersebut. Di tingkat bawah juga
demikian. Urusan pertanian bukan hanya menjadi urusan petani saja tetapi juga
memerlukan partisipasi pedagang, Pemerintah Daerah, instansi yang menyalurkan
sarana produksi, yang mengatur irigasi, yang membeli produk pertanian. Dengan
makin majunya teknologi dan informasi dan makin modernnya sektor pertanian maka
dinamika koordinasi/kerjasama antar lembaga dan produsen menjadi faktor kritis.
3.
Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada
produk-produk pertanian.
Perubahaan
preferensi konsumen perlu diantisipasi secara cepat. Dahulu, Konsumen dahulu
menyenangi buah-buahan yang manis, kini mereka menyukai buah-buahan yang kurang
manis. Contoh lain, konsumen di dalam negeri yang berpendapatan relatif tinggi
cenderung mengkonsumsi buah-buahan impor.
4.
Perubahan harga yang cepat karena munculnya key
players baru di perdagangan produk-produk pertanian.
Kini banyak
negara yang dahulu kurang tertarik mengembangkan sektor pertanian mulai melirik
sektor pertanian untuk meningkatkan product domestic bruto (PDB) nya.
Misalnya, Vietnam dan China kini, menjadi menjadi aktor perdagangan produk
pertanian yang berkembang pesat di Asia. Vietnam menjadi negara pengekspor
beras dan ikan, China negara pengekspor the, Australia memproduksi dan
mengekspor produk merupakan pertanian tropis seperti mangga, dan nanas.
5.
Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan
kualitas produk pertanian.
Dengan
semakin sadarnya konsumen akan aspek kesehatan maka produk pertanian harus bisa
mengantisipasi dan menyesuaikan dengan perubahan preferensi konsumen ini. Karena
faktor kesehatan ini maka produk pertanian yang bebas pestisida kini banyak diminati
konsumen walaupun harganya relatif mahal.
6.
Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi.
7.
Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena
ekonomi biaya tinggi.
8.
Menyempitnya lahan pertanian.
Lahan pertanian semakin lama semakin
sempit. Oleh karena itu pemerintah membuat program pencetakan sawah dan membuka
lahan pertanian baru. Walaupun demikian, karena jumlah penduduk yang berjalan
melebihi kecepatan pembukaan lahan pertanian baru maka tetap saja luas lahan
pertanian menjadi sempit. Di sisi lain, pulau Jawa yang luas daratannya yang
hanya sekitar 7% dari total luas Indonesia, dapat menghasilkan 60% lebih
kebutuhan pangan, khususnya beras. Jumlah petani kecil (petani yang menguasai
kurang dari 0,5 ha) menjadi semakin bertambah. Selama dekade 1990-an jumlah
petani gurem yang mengusahakan lahan <0,5 ha meningkat dengan laju 1,5 % dan
jumlah buruh tani meningkat dengan laju hampir 5,0 % per tahun. Di lain pihak,
5 perusahaan perkebunan swasta besar menguasai lebih dari satu juta ha lahan
perkebunan. Semua nilai tambah jatuh pada perusahaan besar di Jakarta,
sedangkan masyarakat lainnya di daerah hanya menerima UMR dan pemerintah daerah
menerima PBB yang sangat rendah. Kebijakan ini merupakan kesalahan strategi
pembangunan, yang harus diubah dengan memberikan penguasaan dan pengelolaan
sumberdaya domestik pada petani dan masyarakat pedesaan secara berkeadilan.
Pertumbuhan pertanian mulai menurun yang mencapai puncaknya ketika impor beras
menjadi 6 juta ton tahun 1998 (25 % beras yang ada di pasar dunia) terbesar
dalam sejarah.
Dari
kenyataan ini dan bila dihubungkan dengan dengan tiga variabel untuk mampu
berkompetisi di pasar global (kualitas sumberdaya, penguasaan teknologi, dan
penguasaan manajemen) maka kesiapan petani kita di era global memang relatif
berat. Oleh karena itu diperlukan kebijakan atau upaya yang memihak kepada
petani agar mampu meningkatkan daya kompetisi untuk meningkatkan produktivitas
pertanian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian
dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Pertanian
merupakan sektor yang menyumbang setengah dari perekonomian melalui sumbangan
devisa dalam orientasi pasar. Demikian juga peran agroindustri dalam memoles
hasil pertanian melalui teknologi tertentu menjadi barang yang sangat
bermanfaat dan bernilai tinggi, baik untuk konsumsi lokal maupun manca negara.
Namun pengolahan hasil industri pertanian tersebut menghadapi hambatan mana
kala teknologi yang digunakan tidak tepat guna, dan akhirnya akan menurunkan
nilai produk tersebut yang akhirnya memangkas keuntungan yang seharusnya
didapat. Hal ini perlu dicermati sehingga dilakukan antisipasi dan upaya lain
yang tepat.
Peran penting sektor pertanian telah terbukti
dari keberhasilan sektor pertanian pada saat krisis ekonomi dalam menyediakan
kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai dan tingkat pertumbuhannya
yang positif dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Keadaan ini
menjadi pertimbangan utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan
terhadap sektor pertanian dalam memperluas lapangan kerja, menghapus kemiskinan
dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.co.id/2013/05/pembangunan-pertanian-sebagai-basis_3075.html
http://cubbytembem.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perkembangan-ekonomi-pertanian.html
saya khawatir ketika saya akan membeli rumah saya dengan nilai kredit buruk saya. saya ditolak pinjaman dari bank saya dan tidak bisa mendapatkannya. Saya menjelaskan kepada seorang teman, dia kemudian memperkenalkan saya kepada pria terhebat sepanjang masa pedro jerome. saya menjelaskan masalah saya kepadanya dengan mengirim teks ke suratnya dan dia membantu saya menyelesaikan semuanya dalam waktu 3 hari kerja. dia memberi saya pinjaman 400,000.00 euro untuk membayar rumah saya di mana saya juga digunakan untuk mengembangkan bisnis saya juga. semoga Tuhan memberkatinya! Anda dapat mengajukan pinjaman cepat dari mr pedro jerome yang bekerja dengan sekelompok investor .. dia penyihir yang dibicarakan semua orang di seluruh internet .. hubungi dia melalui surat di mr pedro pedroloanss@gmail.com. nomor whatsapp: +18632310632.
ReplyDelete