Search This Blog

Sunday 11 November 2018

PENGEMBANGAN USAHA EKONOMI PEMBANGUNAN PERTANIAN ( MANAJEMEN )


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah selesai tepat pada waktunya, makalah ini mengambil judul tentang “  Pengembangan Usaha Ekonomi Pembangunan Pertanian “.
Makalah ini berisikan berbagai informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Usaha Ekonomi pembangunan pertanian.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun, serta menjadi pembelajaran baru bagi penulis sendiri demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pasir Pengaraian, 31 Oktober 2016


ERWIN NOGORI            

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULAN........................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
Tujuan Penulisan                                                                                             2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
Pengembangan Usaha Ekonomi Pembangunan Pertanian............................. 3
perkembangan dan peranan Pertanian terhadap perekonomian..................... 8
Kaitan Pembangunan Pertanian dan Usaha Pengembangan Ekonomi.......... 9
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15
Kesimpulan..................................................................................................... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap struktur perekonomian nasional tidak terlepas dari adanya beberapa titik lemah dalam kebijakan dan implementasi yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah telah melakukan berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti pembangunan pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, dan pembangunan pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut sampai saat ini belum menghasilkan pencapaian yang menggembirakan. Menempatkan pembangunan pertanian sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led development) dengan segala tantangan yang harus dihadap,i baik yang sifatnya internal maupun eksternal diharapkan mampu memecahkan persoalan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi dengan perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, percepatan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi corak berpikir petani, konsumen dan pelaku pembangunan pertanian yang lain, maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan, termasuk didalamnya reorientasi peran pemerintah.

Sektor pertanian merupakan andalan untuk meningkatkan kesejahteraan sebagian masyarakat Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal  di desa dan  bekerja di sektor pertanian. Di lihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap  perekonomian secara makro terjadi penurunan, di mana kontribusi sektor pertanian  terhadap PDB pada tahun 2010 15,3 %, kemudian turun menjadi 14,7 % .  Di tinjau  dari luas panen padi tahun 2010  sebesar 13.253.450 ha, kemudian turun menjadi  13.203.643 ha pada 2011. Sedangkan dari produksi padi pada tahun 2010 sebesar  66.469.394 ton, kemudian turun menjadi 65.756.904 ton padi tahun 2011. Dan dari  tingkat produktifitas p adi pada tahun 2010 sebesar 50,15 (ku/ha), kemudian turun  menjadi 49,80 (ku/ha) pada tahun 2011. Fenomena ekonomi ini memberikan isyarat  terjadinya transformasi ekonomi pada perekonomian Indonesia secara makro baik  secara vertikal maupun horisontal. Dengan menurunnya tingkat produktifitas, luas area lahan pertanian yang secara tidak  langsung menurunkan tingkat produksi pertanian khususnya pada produksi padi.  

Dengan latar belakang tersebut penulis mengkaji sektor pertanian secara umum  dengan menitikberatkan pada permasalahan, kebijakan dan strategi dalam produksi  pangan khususnya produksi padi. Kita ketahui sektor pertanian ditopang oleh  subsektor lainnya, yakni sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan  serta tanaman pangan, di mana sektor tanaman pangan yang menjadi prioritas karena  termasuk dalam kategori kebutuhan primer, maka tidak heran bila setiap negara  khususnya negara Indonesia yang merupakan negara agraris setiap tahun berupaya  untuk memaksimalkan sektor ini. Namun, kita sedikit bersedih karena sektor tersebut  bukan sektor utama yang menyumbang dalam laju pertumbuhan PDB. Hal ini  menandakan adanya transformasi dari sektor pertanian menuju sektor modern yang berarti lahan pertanian semakin sempit karena pesatnya peertumbuhan dan  pembangunan gedung-gedung. Keadaan tersebut harus disikapi dengan segera mungkin dari pusat hingga daerah, dari pejabat hingga rakyat agar tidak bertambah masyarakat yang melarat dikarenakan pemerintah yangsibuk dengan rapat tanpa ada tindak perbuat.


1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengembangan Usaha Ekonomi Pembangunan Pertanian?
      2.      Bagaimana perkembangan dan peranan Pertanian terhadap perekonomian?
3.      Apa Kaitan Pembangunan Pertanian dan Usaha Pengembangan Ekonomi ?

1.3  Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.     Untuk memperluas pengetahuan serta sebagai wawasan baru dalam pembelajaran di bidang pertanian
2.     Untuk mengetahui bagaimana cara pengembangan usaha ekonomi pembangunan pertanian.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Usaha Ekonomi Pembangunan Pertanian

Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan pada kehancuran. Meski demikian merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada Pertanian ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Ada beberapa jenis pertanian berdasarkan perkembangannya yaitu:
  1. Pertanian ekstraktif, yaitu pertanian yang dilakukan dengan hanya mengambil atau mengumpulkan hasil alam tanpa upaya reproduksi. Pertanian semacam ini meliputi sektor perikanan dan ekstraksi hasil hutan.
  2. Pertanian generatif yaitu corak pertanian yang memerlukan usaha pembibitan atau pembenihan, pengolahan, pemeliharaan dan tindakan agronomis lainnya. Berdasarkan tahapan perkembangannya pertanian generatif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
    1. Perladangan berpindah (shifting cultivation),
    2. Pertanian menetap (settled agricultured)
Selanjutnya berdasarkan ciri ekonomis yang lekat pada masing-masing corak pertanian dikenal dua kategori pertanian yakni pertanian subsisten dan pertanian komersial. Pertanian subsisten ditandai oleh ketiadaan akses terhadap pasar. Dengan kata lain produk pertanian yang dihasilkan hanya untuk memenuhi konsumsi keluarga, tidak dijual. Pertanian komersial berada pada sisi dikotomis pertanian subsisten. Umumnya  pertanian komersial menjadi karakter perusahaan pertanian (farm) di mana pengelola usahatani telah berorientasi pasar. Dengan demikian seluruh output pertanian yang dihasilkan seluruhnya dijual dan tidak dikonsumsi sendiri.
Pertanian Sebagai Kegiatan Ekonomi
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha pembibitan,penyediaan input produksi,dan sarana produksi, biasa diistilahkan sebagai aspek “hulu”.  Sementara kegiatan pasca panen seperti ; distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek “hilir”. Sedangkan Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-sistem penunjang dan pembinaan.

Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan:
(a) skala kecil,
(b) modal yang terbatas,
(c) penggunaan teknologi yang masih sederhana,
(d) sangat dipengaruhi oleh musim,
(e) wilayah pasarnya lokal,
(f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi),
(g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah,
(h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.
Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian demi terwujudnya pembangunan pertanian yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Di bawah ini terdapat beberapa rekomendasi, tawaran, saran, masukan dan juga tuntutan hasil dari pemikiran mahasiswa-mahasiswa pertanian yang terkait strategi pembangunan pertanian yaitu sebagai berikut:
1.        Optimalisasi program pertanian organik secara menyeluruh serta menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.
2.        Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh undang-undang. 
3.        Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa program insentif usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi yang berbasis pertanian, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.
4.        Indonesia harus mampu keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan bebas dunia.
5.        Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil penelitian ilmuwan lokal.
6.        Mewujudkan kedaulatan pangan.
7.        Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.
8.        Membuat dan memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi Petani.
9.        Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian dan perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
10.    Mewujudkan segera reforma agraria.
11.    Perimbangan muatan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian serta penyusunan konsep jam tayang khusus untuk publikasi dunia pertanian di seluruh media massa yang ada
12.    Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa pelatihan dan pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, program pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.
13.    Membrantas mafia-mafia pertanian. 
14.    Melibatkan mahasiswa dalam program pembangunan pertanian melalui pelaksanaan bimbingan massal pertanian, peningkatan daya saing mahasiswa dalam kewirausahaan serta dana pendampingan untuk program–program kemahasiswaan.
Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan mapan. Dimana Sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik.

2.2 Perkembangan Dan Peranan Pertanian Terhadap Perekonomian
Perkembangan dan Peranan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian  besar penduduk Indonesia, pola perkembangan sektor pertanian Indonesia ditempuh melalui 3 kemungkinan pola atau jalur :
1.      Jalur kapitalistik , yakni melalui pengembangan usaha tani-usaha tani berskala besar dan melibatkan satuan-satuan yang berskala kecil.
2.      Jalur sosialistik, yakni melaluipembentukan usaha tani kolektif berskala besar yang diprakarsai oleh negara.
3.      Jalur koperasi semi kapitalistik yakni melalui pembinaan usaha tani-usaha tani kecil padat modal yang digalang dalam suatu koperasi nasional dibawah pengelolaan negara.
Ekonomi pertanian dicirikan dengan sektor yang memberikan tingkat produktifitas ( marginal physical produck ) relatif lebih rendah dari pada sektor industrikarena jumlah tenaga kerja yang bekerja di pertanian lebih banyak dengan tingkat keterampilan lebih rendah dibandingkan yang bekerja di sektor industri.
Adapun menurut Kuznet sektor pertanian mampu menghasilkan surplus atau neraca pembayaran karena sumbangannya terhadap ekspor maupun pengembangan produk substitusi impor dan ekspansi sektor non pertanian melalui penyediaan pangan dan bahan baku bagi industry pengolahan. Peranan penting pertanian antara lain adalah :
1.      Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan.
2.      .Menyediakan bahan baku industri.
3.      Sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan industri.
4.      Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain
5.      Sumber perolehan devisa
6.      Mengurangi tingkat kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan
7.      Menyumbang pembangunan perdesaan dan pelestarian lingkungan.

2.3 Kaitan Pembangunan Pertanian dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi ada dua bentuk: extensively yaitu dengan penggunaan banyak sumberdaya (seperti fisik, manusia atau natural capital) atau intensively yaitu dengan penggunaan sejumlah sumberdaya yang lebih efisien (lebih produktif). Ketika pertumbuhan ekonomi dicapai dengan menggunakan banyak tenaga kerja, hal tersebut tidak menghasilkan pertumbuhan pendapatan per kapita. Namun ketika pertumbuhan ekonomi dicapai melalui penggunaan sumberdaya yang lebih produktif, termasuk tenaga kerja, hal tersebut menghasilkan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dan meningkatkan standar hidup rata-rata masyarakat. Indonesia memasuki tahun 1998 dalam kondisi ekonomi yang sulit dan inflasi yang melambung menjadi 11,05. Pergantian kepala pemerintahan dari Suharto ke B.J.
Habibie, pada tanggal 21 Mei 1998 tidak cukup kuat menahan jatuhnya rupiah. Di tahun tersebut rupiah mengalami depresiasi hampir 80 % dan inflasi melonjak menjadi 77.63%. Kondisi ini mengakibatkan hampir seluruh kegiatan ekonomi terhenti dan laju pertumbuhan ekonomi berada pada –13,13%. Salah satu sektor produksi yang mengalami kemerosotan paling dalam adalah industri pengolahan, yang sebelumnya dijadikan andalan ekspor nonmigas yang memiliki laju pertumbuhan per tahun sedikitnya 10%. Penyebab merosotnya industri pengolahan adalah rendahnya kemampuan belanja masyarakat dan kegiatan ekonomi yang lesu yang akhirnya mengakibatkan permintaan terhadap hasil produk ini berkurang. Disamping itu tingginya suku bunga pinjaman, dana kredit dari perbankan nasional yang terbatas dan harga bahan baku impor yang melonjak tinggi akibat dari rendahnya nilai rupiah serta penolakan bank-bank luar negeri terhadap surat pemberitahuan kredit dari bank nasional
menghambat kegiatan industri. Pada akhirnya banyak perusahan yang harus tutup usaha dan mengakibatkan tingginya angka pemutusan hubungan kerja. Kondisi ini
mengakibatkan sebagian besar masyarakat kehilangan pekerjaan dan pendapatan serta secara langsung meningkatkan jumlah penduduk miskin yang tidak mampu menjangkau kebutuhan pokoknya. Pada saat krisis, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB mengalami peningkatan paling besar dibanding sektor lainnya. Dari segi penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2003 sektor pertanian mampu menyerap sekitar 46 persen, paling tinggi di antara sektor-sektor lain. Kesemua upaya dalam membangun pertanian dalam menggerakkan sektor lainnya dan peran pemerintah yang pada akhirnya secara bersama-sama mampu menjadi penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, digambarkan secara baik oleh Yudhoyono (2004) dalam disertasinya dengan menggunakan Model Ekonomi-Politik Perekonomian Indonesia. Dari hasil simulasi terhadap kebijakan yang dilakukan (melalui kebijakan fiskal) terkait dengan masalah pertanian, diperoleh hasil bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pertanian sebesar 15% akan meningkatkan PDB, kemudian direspon dengan peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga proporsibpengangguran dapat ditekan sebesar 4,9%. Pada giliriannya peningkatan PDB dan pengurangan pengangguran ini akan menurunkan angka kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kedepan diperlukan investasi yang serentak di sektor pertanian dan sektor industri dalam perekonomian. Untuk pertumbuhan berimbang dapat digambarkan dengan model perekonomian dual (The dual economy model) yang dikemukakan Fei dan Ranis (Hayami, 2001).
Suatu strategi pertumbuhan ekonomi yang dimotori oleh sektor pertanian dan lapangan kerja menurut Mellor (1987) mempunyai tiga unsur. Pertama, laju pertumbuhan pertanian harus dipercepat meskipun luas tanah yang tersedia tetap. Dengan perubahan teknologi dalam pertanian maka masalah tersebut akan dapat diatasi. Kedua, permintaan domestik akan hasil pertanian harus tumbuh cepat meskipun permintaan itu tidak elastis. Ketiga, permintaan akan barang dan jasa yang ditimbulkan oleh proses-proses padat modal yang masih rendah harus dinaikkan. Ketiga unsur dimaksud secara terus menerus akan saling berinteraksi dan bersinergi sehingga strategi pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pertanian akan mencapai tujuan dan sasarannya. Kombinasi skenario kebijakan yang dikemukakan Yudhoyono (2004) dalam disertasinya selalu menunjukkan angka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian yang relatif kecil dibandingkan sektor lainnya, hal ini diberikan alasan karena sektor pertanian saat ini telah menyerap tenaga kerja melebihi kapasitasnya (relatif sudah tinggi, yaitu sekitar 46% dari total tenaga kerja) sehingga peningkatan tenaga kerja yang besar ke sektor pertanian akan semakin menurunkan produktivitas tenaga kerja di sektor
pertanian. Berdasarkan analisis yang ada ditunjukkan bahwa peningkatan PDB sektor pertanian, tentunya melalui pembangunan pertanian, sebesar 7% akan mendorong peningkatan PDB sektor lainnya sebesar 7,6% dan mendorong peningkatan total PDB sebesar 7,4%. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bawa sektor pertanian mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya secara significant. Oleh karena itu tidak berlebihan bila saat ini kita menjadikan Sektor Pertanian sebagai Basis Pertumbuhan Ekonomi. Dan untuk itu semua diperlukan kemauan politik, khususnya peran pemerintah, yang memposisikan sektor pertanian menjasi sektor andalan. Petani dan Pertanian dalam menghadapai Globalisasi Dengan diratifikasinya beberapa kesepakatan internasional (GATT/WTO) dan regional (APEC, AFTA, MEE, NAFTA) serta blok-blok lainnya, maka pasar di dalam negeri terintegrasi kuat dengan pasar regional/internasional. Setiap negara mempunyai kesempatan untuk perluasan akses pasar (market access), pengurangan dukungan
domestik (domestic support) yang dapat mendistorsi pasar dan pengurangan subsidi ekspor (export subsidy). Beberapa implikasi dari dinamika lingkungan internasional tersebut, adalah:
1.      Setiap negara harus meningkatkan dayasaing produknya agar dapat berperan dalam perdagangan dunia,
2.      Dengan terbukanya informasi yang didorong oleh revolusi transportasi dan telekomunikasi menyebabkan kebijakan yang bersifat distorsi seperti kebijakan stabilisasi harga semakin sulit dilaksanakan pemerintah, karena dinamika harga internasional akan secara cepat langsung mempengaruhi kebijakan dalam negeri,
3.      Globalisasi akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam hal keragaman, mutu dan keamanan produk pangan. Permintaan akan berubah dari komoditas ke produk dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan produk,
4.      Meningkatnya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan telah mempengaruhi pasar produk pertanian, sehingga proses produksi pertanian harus didasarkan pada kaidah-kaidah konservasi sumberdaya alam, dan
5.      Peningkatan kepedulian juga terjadi pada aspek hak asasi manusia (HAM) dan gender serta perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan merek dagang. Tantangan pembangunan pertanian dilingkungan domestik berkaitan dengan pendayagunaan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan, peningkatan effisiensi dan dayasaing produk pertanian; pelaksanaan good governance dan penerapan otonomi daerah.

Permintaan terhadap produk pertanian terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraannya, sementara dari sisi penyediaannya (supply) dihadapkan kelangkaan sumberdaya lahan dan air. Meningkatnya penduduk dan sektor di luar pertanian telah meningkatkan permintaan akan lahan dan air yang berakibat terjadinya konversi lahan pertanian produktif dan degradasi sumberdaya lahan dan air. Pada bagian usaha pertanian sebagian besar dilakukan oleh petani gurem yang mempunyai skala pengusahaan yang sangat kecil. Kondisi ini menyulitkan upaya peningkatan efisiensi usaha agribisnis. Keberhasilan pembangunan pertanian juga dihadapkan kepada kendala masih besarnya ketergantungan terhadap iklim. Soekartawi (2004) mengemukakan delapan aspek yang perlu diantisipasi pada era global sekarang ini dan masa mendatang khususnya dalam bidang pertanian, yaitu:


1.      Pentingnya penguasaan teknologi dan informasi.
Aspek ini berjalan begitu cepat dan pengaruhnya dapat dilihat di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu, sektor pertanian perlu dibangun dengan memanfaatkan teknologi (dan informasi) guna menuju pertanian modern. Berhubung pertanian Indonesia sifatnya adalah dual yang diciptakan oleh Belanda di jaman kolonialisme dahulu maka pertanian di Indonesia bisa dicirikan menjadi pertanian skala besar (modern) seperti perkebunan dan pertanian skala kecil yang dicirikan oleh pertanian konvensional atau pertanian rakyat.
2.      Meningkatnya jumlah key players di sektor pertanian.
Hal ini mengakibatkan sektor pertanian bukan menjadi sektor yang ditangani oleh Departemen Pertanian tetapi oleh banyak Departemen, seperti Departemen Perdagangan, Pekerjaan Umum, Perhubungan, dan Keuangan. Disini diperlukan koordinasi yang baik di antara lembaga tersebut. Di tingkat bawah juga demikian. Urusan pertanian bukan hanya menjadi urusan petani saja tetapi juga memerlukan partisipasi pedagang, Pemerintah Daerah, instansi yang menyalurkan sarana produksi, yang mengatur irigasi, yang membeli produk pertanian. Dengan makin majunya teknologi dan informasi dan makin modernnya sektor pertanian maka dinamika koordinasi/kerjasama antar lembaga dan produsen menjadi faktor kritis.
3.      Meningkatnya perubahan preferensi konsumen pada produk-produk pertanian.
Perubahaan preferensi konsumen perlu diantisipasi secara cepat. Dahulu, Konsumen dahulu menyenangi buah-buahan yang manis, kini mereka menyukai buah-buahan yang kurang manis. Contoh lain, konsumen di dalam negeri yang berpendapatan relatif tinggi cenderung mengkonsumsi buah-buahan impor.
4.      Perubahan harga yang cepat karena munculnya key players baru di perdagangan produk-produk pertanian.
Kini banyak negara yang dahulu kurang tertarik mengembangkan sektor pertanian mulai melirik sektor pertanian untuk meningkatkan product domestic bruto (PDB) nya. Misalnya, Vietnam dan China kini, menjadi menjadi aktor perdagangan produk pertanian yang berkembang pesat di Asia. Vietnam menjadi negara pengekspor beras dan ikan, China negara pengekspor the, Australia memproduksi dan mengekspor produk merupakan pertanian tropis seperti mangga, dan nanas.
5.      Meningkatnya kesadaran kesehatan menyebabkan perubahan kualitas produk pertanian.
Dengan semakin sadarnya konsumen akan aspek kesehatan maka produk pertanian harus bisa mengantisipasi dan menyesuaikan dengan perubahan preferensi konsumen ini. Karena faktor kesehatan ini maka produk pertanian yang bebas pestisida kini banyak diminati konsumen walaupun harganya relatif mahal.
6.      Perubahan iklim yang kini mulai sulit diprediksi.
7.      Pembiayaan usahatani yang sudah terlanjur mahal karena ekonomi biaya tinggi.
8.      Menyempitnya lahan pertanian.

Lahan pertanian semakin lama semakin sempit. Oleh karena itu pemerintah membuat program pencetakan sawah dan membuka lahan pertanian baru. Walaupun demikian, karena jumlah penduduk yang berjalan melebihi kecepatan pembukaan lahan pertanian baru maka tetap saja luas lahan pertanian menjadi sempit. Di sisi lain, pulau Jawa yang luas daratannya yang hanya sekitar 7% dari total luas Indonesia, dapat menghasilkan 60% lebih kebutuhan pangan, khususnya beras. Jumlah petani kecil (petani yang menguasai kurang dari 0,5 ha) menjadi semakin bertambah. Selama dekade 1990-an jumlah petani gurem yang mengusahakan lahan <0,5 ha meningkat dengan laju 1,5 % dan jumlah buruh tani meningkat dengan laju hampir 5,0 % per tahun. Di lain pihak, 5 perusahaan perkebunan swasta besar menguasai lebih dari satu juta ha lahan perkebunan. Semua nilai tambah jatuh pada perusahaan besar di Jakarta, sedangkan masyarakat lainnya di daerah hanya menerima UMR dan pemerintah daerah menerima PBB yang sangat rendah. Kebijakan ini merupakan kesalahan strategi pembangunan, yang harus diubah dengan memberikan penguasaan dan pengelolaan sumberdaya domestik pada petani dan masyarakat pedesaan secara berkeadilan. Pertumbuhan pertanian mulai menurun yang mencapai puncaknya ketika impor beras menjadi 6 juta ton tahun 1998 (25 % beras yang ada di pasar dunia) terbesar dalam sejarah.
Dari kenyataan ini dan bila dihubungkan dengan dengan tiga variabel untuk mampu berkompetisi di pasar global (kualitas sumberdaya, penguasaan teknologi, dan penguasaan manajemen) maka kesiapan petani kita di era global memang relatif berat. Oleh karena itu diperlukan kebijakan atau upaya yang memihak kepada petani agar mampu meningkatkan daya kompetisi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Pertanian merupakan sektor yang menyumbang setengah dari perekonomian melalui sumbangan devisa dalam orientasi pasar. Demikian juga peran agroindustri dalam memoles hasil pertanian melalui teknologi tertentu menjadi barang yang sangat bermanfaat dan bernilai tinggi, baik untuk konsumsi lokal maupun manca negara. Namun pengolahan hasil industri pertanian tersebut menghadapi hambatan mana kala teknologi yang digunakan tidak tepat guna, dan akhirnya akan menurunkan nilai produk tersebut yang akhirnya memangkas keuntungan yang seharusnya didapat. Hal ini perlu dicermati sehingga dilakukan antisipasi dan upaya lain yang tepat.
Peran penting sektor pertanian telah terbukti dari keberhasilan sektor pertanian pada saat krisis ekonomi dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai dan tingkat pertumbuhannya yang positif dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Keadaan ini menjadi pertimbangan utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap sektor pertanian dalam memperluas lapangan kerja, menghapus kemiskinan dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas.


DAFTAR PUSTAKA

http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.co.id/2013/05/pembangunan-pertanian-sebagai-basis_3075.html
http://cubbytembem.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perkembangan-ekonomi-pertanian.html

1 comment:

  1. saya khawatir ketika saya akan membeli rumah saya dengan nilai kredit buruk saya. saya ditolak pinjaman dari bank saya dan tidak bisa mendapatkannya. Saya menjelaskan kepada seorang teman, dia kemudian memperkenalkan saya kepada pria terhebat sepanjang masa pedro jerome. saya menjelaskan masalah saya kepadanya dengan mengirim teks ke suratnya dan dia membantu saya menyelesaikan semuanya dalam waktu 3 hari kerja. dia memberi saya pinjaman 400,000.00 euro untuk membayar rumah saya di mana saya juga digunakan untuk mengembangkan bisnis saya juga. semoga Tuhan memberkatinya! Anda dapat mengajukan pinjaman cepat dari mr pedro jerome yang bekerja dengan sekelompok investor .. dia penyihir yang dibicarakan semua orang di seluruh internet .. hubungi dia melalui surat di mr pedro pedroloanss@gmail.com. nomor whatsapp: +18632310632.

    ReplyDelete