BY : ERWIN NOGORI
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah agama ini dengan baik.
Penulisan makalah yang bersifat sederhana
ini, dibuat berdasarkan tugas kelompok yang di
berikan oleh guru dalam
materi yang berjudul Induk – Induk Akhlak Tercela.
Dengan mengucapkan syukur
Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat
menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami mengucapkan rasa terima
kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan
pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk
materi sehinggadapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari
sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak kekurangan serta amat
jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha semaksimal
mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangatt mengharapkan
kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya
kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Akhlak Tercela adalah perbuatan/perilaku yang tidak Diridhoi oleh
Allah SWT. Seseorang yang berbohong, sombong, pamer,
menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil
hak orang lain dengan paksa dan lain-lain. Itu semua adalah perbuatan tercela.
Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat akhlak-akhlak tercela tersebut.
Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika ia selalu melakukan
perilaku-perilaku tercela. Baik ketika di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan
yang diperoleh dari perilaku tercela tersebut hanya bersifat sementara. Dan
akan mendapat kesedihan dan penyesalan yang tak ada hentinya.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan
tentang akhlak-akhlak tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada
akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Seperti akhlak buruk
kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan Rasulullah
sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid
bin mugirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman
merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di
tingkat kan kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji.
Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu
berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku
seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah sikap orang tersebut.
Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan atau kejahatan,
maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah
SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri
sendiri maupun orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. hubbu
ad-Dunya
1.
Pengertian Hubbu ad-Duny
Hubbu ad-Dunya berarti cinta dunia, yaitu menganggap
hartabenda adalah segalanya. Penyakit Hubbu ad-Dunya(cinta pada dunia) berawal
dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang salah bahwa dunia ini
adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. sebagaimana di
singgung pada hadis berikut.“Akan datang suatu masa umat lain akan
memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam
hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya
sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau, “Bukan, bahkan sesungguhnya
jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang
terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa.” Sahabat
bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).
2.
Ciri-ciri Hubbu ad-Dunya
1)
Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai
kebahagiaan akhirat
2) Suka
mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan
halal dan haramnya
Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. At-Takastur :
1-2)
3) Kikir, tidak rela
sediki pun hartanya lepas atau berkurang.
3.
Bahaya Hubbu ad-Dunya
1) Cinta
dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah.
2)
Jika seorang telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah,
iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan
bola.
3)
Cinta dunia merupakan sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering
mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan di dalam harta benda
terdapat banyak penyakit.
4.
Cara Menghindari Hubbu ad-Dunya
1. Mengingat
kehidupan di dunia itu hanya sementara. (QS. Al-hadid : 20)
2. Perbanyak
mengingat kematian. (QS. Ali Imran: 185)
3. Meyakini
dan menyadari bahwa setiap tindakan kita direkam oleh anggota badan kita, yang
nanti di hari akhir akan bersaksi di depan Allah (QS. Fushshilat: 20 - 22)
4. Qana’ah,
yaitu rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan
diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan.
B. Hasad
a. Pengertian
Hasad berarti dengki maksudnya suatu sikap atau
perbuatan yang mencerminkan rasa marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang
hasut menginginkan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berharap supaya
berpindah kepadanya. Sifat inilah yang menempel pada diri Iblis. Ketika ia
diperintahkan oleh Allah untuk menundukkan diri kepada Adam, ia menolak
mentah-mentah. Sifat angkuhnya keluar menjadi pernyataan yang sangat vokal.
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada
Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari
tanah". (Q.S. Al-A’raf: 12)
Orang sombong, sebagaimana yang dinyatakan dalam
hadis, bukanlah mereka yang selalu berpakaian bagus dan berpenampilan trendi.
Yang dimaksud orang sombong dalah mereka yang menolak kebenaran dan memandang
rendah orang lain. Sifat perusak kedua adalah serakah.
Orang yang serakah. Ia tak pernah puas dengan
kekayaannya. Dalam perhitungannya, harta yang dimilikinya selalu belum genap.
Dalam pikirannya selalu menari-nari berbagai keinginan untuk menggenapinya.
Sifat perusak ketigaadalah hasut, iri dan dengki. Setiap negara mengandung tiga
golongan masyarakat, yaitu penguasa, pengusaha, dan rakyat biasa. Jika
penguasanya sombong, pengusahanya serakah, dan rakyatnya iri hati, maka negara
itu pasti hancur. Inilah yang barangkali terjadi sekarang.
b. Bahaya
Hasad
Larangan melakukan hasad disebabkan karena mengandung
beberapa efek negatif, di antaranya:
1) Hasad
salah satu sifat Iblis yang akan merusak amal kebaikan. “Jauhilah olehmu
sifat dengki, sesungguhnya dengki itu akan memakan kebajikan sebagaimana api
memakan kayu bakar“ (HR. Abu Daud)
2. Di
samping itu hasad juga merusak tatanan masyarakat. Hasad merusak pergaulan
menjadi tidak harmonis dan tidak tulus.
3. Orang
yang memiliki sifat hasad pasti tidak pernah merasa bahagia, sebab
hatinya selalu gelisah jika ada orang lain memperoleh kebahagiaan.
c. Cara
Mengobati Penyakit Hasad
1. Menanamkan
kesadaran bahwa sifat dengki akan membuat seseorang menderita batin;
2. Menumbuhkan
kesadaran bahwa akibat dari dengki itu adalah permusuhan dan permusuhan akan
membawa petaka;
3. Kita
saling mengingatkan dan saling menasehati;
C.
Takabur-Ujub
a.
Pengertian Takabur-Ujub
Secara bahasa (etimologi), ‘Ujub,berasal dari kata
“’ajaba”, yang artinya “kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bin
Nafsi berarti kagum pada diri sendiri. Sedangkan takabur berarti “sombong” atau
“berusaha menampakkan keagungan diri”. Dalam kitab lisanul Arab, antara lain
disebutkan bahwa at-takabur wal istikbarberarti at-ta’azzhum(sombong/ Kibr).
Secara istilah dapat kita pahami bahwa ‘ujub yaitu
suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu
berlebihan kepada kemampuan diri. Jadi seorang yang memiliki akhlak Kibr
melihat dirinya lebih tinggi dari orang lain, karenanya ia merasa bangga
berlebihan, gembira dan puas terhadap apa yang diyakininya
b.
Penyebab Takabur-Ujub
1) Ujub
dan takabur karena kelebihan fisik, misalnya tampan, cantik dan kuat.
2) Ujub
dan takabur karena kekuatan fisiknya dalam melawan musuh.
3)
Ujub dan takabur karena ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu
agama dan juga urusan-urusan keduniaannya.
c.
Bahaya Takabur-Ujub
1).
‘Ujub menyebabkan timbulnya rasa sombong (takabur).
2).
Bila seseorang sudah dihinggapi penyakit ‘ujub dan takabur, ia lupa pada
bahaya-bahaya ‘ujubdan takabur itu sendiri.
3).
Karena ‘ujubdan takabur membuat seseorang kurang sadar terhadap kedudukan
dirinya, ia akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya sendiri dan menganggap
suci dirinya.
d.
Cara Menghindari Takabur-Ujub
1) Kita
harus memiliki sifat percaya diri, tetapi jika sudah memasuki ketakaburan dan
menganggap rendah terhadap yang lain, inilah yang dikatakan ujubyang di larang
agama. Hal tersebut harus dihindari dengan cara bahwa kita harus percaya diri
tetapi ingat bahwa kita tetap punya sisi lemah. Orang lain juga mempunyai
potensi dan kita harus menghargai potensi tersebut. Ada pepatah yang mengatakan
bahwa di atas langit masih ada langit.
2) Kita
harus ingat dan sadar, bahwa dalam sejarah, orang yang ujub, takabur dengan
kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya, karea Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong.
3)
Kita juga harus sadar bahwa ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit dibandingkan
dengan ilmu Allah Swt. Bakhan sesungguhnya ilmu kita lebih sedikit dibandingkan
dengan orang-orang sekitar kita.
D. Riya’
a. Pengertian
Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan
atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah
semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari
perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.Ada beberapa ayat
yang membahas tentang riya’ antara lain : QS. Al-Ma’un : 4-7, QS.
Al-Baqarah : 264, dan QS. An-Nisa’ : 142.
b.
Bentuk Riya’
1.
Riya’ dalam niat
Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam
hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah.Ia sejak
awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal
ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat. “ Sesungguhnya sahnya
segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim)
2.
Riya’ dalam perbuatan
Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah
ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari
orang lain. Ciri-cirinya adalah ia melakukan amal ibadah dengan
sungguh-sungguh, penuh semangat tatkala ada orang lain yang melihatnya. Contoh:
seorang anak belajar sungguh-sungguh ketika orang tuanya ada di rumah. Namun
tatkala orang tuanya tidak ada, ia tidak belajar lagi atau menjadi kendor
semangatnya.Salah satu sifat lagi yang erat kaitannya dengan riya’ adalah
sum’ah, yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikankebaikannya,
keberhasilannya kepada orang lain dengan tujuan ia mendapat pujian dari orang
yang mendengarkan atau ia ingin dikatakan hebat.
c. Bahaya Riya’
1. Akan merasa hampa dan
kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan ternyata
tidak ia dapatkan;
2. Muncul rasa tidak puas
terhadap apa yang ia lakukan;
3. Muncul sikap
keberpura-puraan;
d.
Cara Menanggulangi Penyakit Riya’
Upaya-upaya agar penyakit ruhani tersebut lenyap dari
diri kita,di antaranya dengan cara:
1. Memfokuskan
niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah;
2. Hindari
sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita
punya itu hanyalah milik Allah;
3. Tidak
menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain;
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ahklak
adalah perbuatan manusia yang memiliki dua sisi yaitu baik dan buruk.Ahklak
seseorang itu tergantung bagaimana orang tersebut memilih kemana orang tersebut
akan mengikutinya.disini kami membahas tentang ahklak-ahklak yang
tercela.Ahklak tercela merupakan ahklak yang tidak sepatutnya untuk di ikuti
oleh seorang manusia yang beriman karena Allah SWT dan Rasullullah SAW tidak
menyukai akan sifat-sifat yang termasuk ahklak tercela.
Sebagai
salah satu contoh adalah sifat hasad,merupakan persaan benci atau tidak
senang kepada seseorang yang memperoleh keberuntungan atau kebahagian,serta
mengharapkan agar keberuntungan / kebahagiaan orang tersebut lenyap.Dari
pengertian salah satu sifat ahklak tercela tersebut telah tercantum dalam
firman Allah dan sabdaan Rasullah bahwa hal tersebut tidak baik.
Untuk
itu kami juga disini mempaparkan hal-hal yang menjelakan tentang perihal untuk
menjauhi sifat-sifat ahklak tercela dan dalam pembahasan terakhir disampaikan
juga tentang metode dan kualitas ahklak dalam kehidupan.
3.2 SARAN
Untuk
memperbaiki kesalah dalam pembuatan makalah ini saya sarankan dengan penuh
hormat kepada semua pihak baik pembimbing ataupun rekan-rekan seperjuangan
untuk dapat ikut serta memberikan kritikan dan masukan agar dapat memperbaiki
dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.
No comments:
Post a Comment